ABSTRACT This study aims to improve mathematics learning outcomes on the topic of time measurement through the implementation of the Problem-Based Learning (PBL) model supported by content differentiation strategies in Grade II of SDN Sukorame 2, Kediri City. This approach was chosen due to the students’ low engagement and understanding of time concepts in conventional learning. The research was conducted as a Classroom Action Research (CAR) over two cycles, each consisting of planning, action, observation, and reflection stages. Data collection techniques included observation, interviews, learning outcome tests, and documentation. The results showed a significant improvement in student learning outcomes. In Cycle I, the percentage of students achieving mastery was 37,93% with an average score of 68,51. After implementing PBL and content differentiation in Cycle II, the mastery level increased to 89.66% with an average score of 80. These findings indicate that problem-based learning combined with content differentiation can foster active, contextual, and student-centered learning. Therefore, this model can be an effective alternative for teaching mathematics in lower elementary grades ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pengukuran waktu melalui penerapan model Problem-Based Learning (PBL) yang didukung strategi diferensiasi konten di kelas II SDN Sukorame 2 Kota Kediri. Pendekatan ini dipilih karena rendahnya keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap konsep waktu dalam pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data mencakup observasi, wawancara, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam hasil belajar siswa. Pada siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 37,93% dengan rata-rata nilai 68,51. Setelah penerapan PBL dan diferensiasi konten pada siklus II, ketuntasan belajar meningkat menjadi 89,66% dengan rata-rata nilai 80. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan diferensiasi konten mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kontekstual, dan sesuai kebutuhan siswa. Dengan demikian, model ini dapat menjadi alternatif efektif dalam pembelajaran matematika di kelas rendah.