Penelitian ini mengeksplorasi akomodasi komunikasi antarbudaya dalam Program JaLan MaPan, yang melibatkan interaksi antara Kelompok Tani Hutan (KTH) dan pendamping Perhutanan Sosial di Dusun Bontorannu, Kabupaten Gowa. Menggunakan pendekatan kualitatif dan teori Akomodasi Komunikasi (Communication Accommodation Theory - CAT) dari Howard Giles, penelitian ini mengidentifikasi bagaimana perbedaan bahasa dan budaya pada awalnya menciptakan hambatan dalam komunikasi, terutama penggunaan bahasa Konjo oleh masyarakat setempat. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya frekuensi interaksi, terjadi proses konvergensi di mana kedua belah pihak mulai menyesuaikan gaya komunikasi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendamping dan masyarakat lokal saling belajar untuk menghargai perbedaan budaya, sehingga menciptakan komunikasi yang lebih inklusif dan membangun kepercayaan. Penelitian ini menekankan pentingnya adaptasi dalam komunikasi antar budaya dan menyoroti bahwa keberhasilan program tidak hanya dilihat dari pencapaian tujuan praktis, tetapi juga dari terciptanya ikatan sosial yang kuat, yang mendukung keberlanjutan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.