Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Metode Pemasangan Instrumentasi Pengukur Tekanan Pori (Piezometer) pada Pembangunan Bendungan Bener Purworejo Ramadhani, Nur Fadhilah; Karlina, K; Kesuma, Lalu Marhayani
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS 2025: Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan bendungan memerlukan pemantauan geoteknik yang akurat untuk menjamin stabilitas dan keselamatan struktur. Salah satu aspek penting adalah pengukuran tekanan air pori dalam massa tanah, yang dilakukan dengan menggunakan piezometer. Penelitian ini membahas metode pemasangan piezometer kawat getar pada proyek Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo serta evaluasi efektivitasnya dalam memantau tekanan air pori. Proses pemasangan dilakukan melalui lubang bor dengan tahapan sistematis, mulai dari persiapan alat hingga instalasi dan pengujian pembacaan awal. Hasil pembacaan dari instrumen menunjukkan bahwa metode pemasangan ini mampu menghasilkan data tekanan air pori yang akurat dan konsisten. Studi ini berkontribusi dalam memberikan acuan teknis untuk implementasi sistem pemantauan geoteknik pada konstruksi bendungan di Indonesia, serta menunjukkan bahwa metode pemasangan yang tepat berperan penting dalam menjamin keandalan data pemantauan geoteknik dan keselamatan bendungan secara keseluruhan.
Analisis Potensi Sedimentasi Embung Bekas Lahan Galian Tambang Batubara (Studi Kasus Embung Bukit Raya 1b Tenggarong Seberang) Wahyudin, Wahid Syaifullah; Nurrochmad, Fatchan; Karlina, K
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS 2020: Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2004.46 KB)

Abstract

Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu penyangga kebutuhan pangan di Kalimantan Timur. Sebagian sumber air irigasi berasal dari air hujan yang tertampung di lahan bekas galian tambang batubara berupa embung yang mempunyai kapasitas tertentu. Salah satunya adalah Embung Bukit Raya 1b dengan luas 9,6 ha, volume tampungan 928.222 m3, volume tampungan mati (dead storage) 343.980 m3 dan melayani daerah irigasi seluas 334,46 ha, Embung Bukit Raya 1b mulai dioperasikan di awal tahun 2013. Permasalahan umum yang biasa dialami embung adalah besar sedimentasi yang menyebabkan tingkat ketersediaan air embung lama – lama berkurang, namun karena di Embung Bukit Raya 1b tidak tersedia data sedimentasi terukur, maka besar sedimentasi yang bisa dihitung adalah potensinya saja. Melalui pengamatan langsung di lapangan, indikasi adanya sedimentasi mulai terlihat, yaitu luas genangan berkurang, muncul beberapa titik gundukan tanah di kaki tebing ataupun tanggul Embung Bukit Raya 1b. Cara menghitung besar potensi sedimentasi digunakan pendekatan Metode USLE dan MUSLE. Besar potensi sedimentasi diperoleh dari hasil perhitungan erosi tanggul ataupun tebing embung yang masuk ke dalam embung. Daerah tangkapan air (catchment area) diperoleh dengan cara mengolah data DEM dari Badan Informasi Geospasial 2014 menjadi peta topografi menggunakan Arc – Gis. Data curah hujan yang digunakan sebanyak 7 tahun mulai tahun 2013 – 2019. Hasil hitungan berdasarkan Metode USLE diperoleh besar erosi selama rata – rata satu tahun sebesar 17.312,603 m3/tahun, sedimentasi diperoleh dari besar erosi dikalikan nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) 47,765 %. Hasil perhitungan menunjukkan besar potensi sedimentasi rata – rata pertahun adalah sebesar 8.269,453 m3/tahun yang menyebabkan umur operasi embung paling lama 42 tahun jika tidak ada pemeliharaan sama sekali. Hasil hitungan menurut Metode MUSLE, besar potensi sedimentasi dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun adalah sebesar 19.777,433 m3; 26.257,524 m3; 30.467,198 m3; 35.717,971 m3, 39.581,333 m3, dan 43.429,729 m3 secara berturut-turut, jika tidak ada pemeliharaan sama sekali, umur layanan embung di saat kala ulang 50 tahun sudah tidak bisa dioperasikan lagi.