Mata pelajaran sejarah dalam Kurikulum Merdeka menghadirkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel, interaktif, dan berbasis pemahaman kritis. Kurikulum ini menekankan asesmen formatif, pembelajaran berbasis projek, serta evaluasi yang lebih variatif guna meningkatkan keterampilan berpikir analitis dan reflektif siswa terhadap sejarah. Guru sejarah memiliki peran penting dalam menerapkan metode pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hafalan, tetapi juga pada analisis sumber sejarah dan diskusi kritis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kajian kepustakaan, di berbagai sumber akademik, termasuk jurnal ilmiah, buku, dan dokumen kebijakan pendidikan, dianalisis untuk memahami implementasi mata pelajaran sejarah dalam Kurikulum Merdeka. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada model Miles dan Huberman, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pedoman yang jelas, keterbatasan sumber daya, serta minimnya pelatihan bagi guru masih menjadi tantangan utama dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Meskipun demikian, kurikulum ini memberikan peluang bagi guru untuk menyesuaikan strategi pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama melalui asesmen awal, refleksi pembelajaran, serta pendekatan berbasis projek dan portofolio. Agar implementasi pembelajaran sejarah dalam Kurikulum Merdeka dapat berjalan optimal, diperlukan penguatan kapasitas guru, pengembangan standar asesmen yang lebih jelas, serta dukungan infrastruktur yang memadai. Dengan demikian, pembelajaran sejarah tidak hanya menjadi transfer pengetahuan faktual, tetapi juga membentuk pemikiran kritis dan pemahaman kontekstual yang lebih mendalam bagi siswa.