Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perubahan tradisi belis di era modern dari perspektif orang tua di Nusa Tenggara Timur (NTT). Belis, sebagai bentuk mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebelum pernikahan, memiliki nilai historis dan budaya yang kuat dalam masyarakat NTT. Namun, seiring perkembangan zaman, muncul pergeseran pandangan terhadap belis, terutama dari orang tua yang lebih mempertimbangkan kesejahteraan anak setelah menikah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan terdiri dari dua orang ibu yang memiliki anak perempuan yang akan menikah dan menolak menetapkan belis yang tinggi. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan teknik reduksi data serta tematik. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran dalam konsep belis, baik dari segi bentuk (dari hewan atau emas menjadi uang) maupun dalam proses penentuannya (peran ibu lebih dominan dibandingkan om dari pihak ibu). Faktor utama yang mendorong perubahan ini meliputi: (1) penyesuaian tradisi dengan perkembangan zaman, (2) kekhawatiran terhadap utang piutang dalam pernikahan, (3) pemaknaan belis sebagai penghargaan terhadap perempuan, bukan bentuk balas jasa kepada orang tua, serta (4) perhatian terhadap kesejahteraan anak setelah menikah. Penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai perubahan sosial dalam adat perkawinan di NTT. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan perspektif ayah dan lebih banyak partisipan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.