ABSTRAK Dalam pelaksanaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemilihan Kepala Daerah Langsung menjadi suatu hal penting dalam memilih seorang pemimpin di daerah untuk membentuk suatu pemerintahan daerahyang stabil dan teratur. Mulai tahun 2005 dimulailah Pemilihan Kepala Daerah Langsung dengan mengacu pada sumber perundang-undangan yaitu UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PP RI No. 6 tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Orientasi Pemilih masyarakat Kecamatan Boyolali merupakan hal yang layak diperhatikan dalam hubungannya dengan Pemilihan Kepala Daerah Langsung yang diselenggarakan di Kabupaten Boyolali pada tanggal 27 Juni 2005 yang lalu. Dalam suatu masyarakat terdapat kedudukan-kedudukan sosial yang dinamakan dengan status sosial-ekonomi. Sehingga dalam penelitian ini dibahaspermasalahan pengaruh status sosial-ekonomi dan orientasi pemilih dan seberapa besar pengaruh status sosial-ekonomi terhadap orientasi pemilih.Hipotesa dari penelitian ini adalah ada pengaruh antara status sosial-ekonomi terhadap orientasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Boyolali. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan sampel 96 pemilih di Kecamatan Boyolali. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan penarikan sampel dengan menggunakan rumus Frank Lynch. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Analisa data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Alat yang digunakan adalah regresi sederhana. Sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji (t-test) dan Koefisien Determinasi. Kata kunci yang digunakan adalah status sosial-ekonomi, orientasi pemilih, dan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan dan pengaruh positif status sosial-ekonomi terhadap orientasi pemilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pemilih masyarakat Kecamatan Boyolali dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung kurang tinggi karena status sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Boyolali masih rendah. Hubungan status sosial-ekonomi terhadap orientasi pemilih sebesar 0,269 dan pengaruh yang ditimbulkan dari status sosial-ekonomi terhadap orientasi pemilih sebesar 7,2 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi bukan faktor yang dominan dalam memepnegaruhi orientasi pemilih. Orientasi Pemilih Kecamatan Boyolali memiliki kecenderungan orientasi structural, orientasi religi, orientasi material dan finansial. Saran yang diajukan kepada Masyarakat Boyolali adalah agar menilai kepemimpinan seseorang terutama dalam menilai para calon Kepala Daerah secara rasional, dengan didasarkan pada visi dan misi calon Kepala Daerah serta program kerja yang mereka sampaikan.