Variabel makroekonomi adalah faktor besar yang mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Perbankan adalah industri yang sangat mudah terpengaruh dengan kebijakan makroekonomi. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh variabel makroekonomi terhadap harga saham sektor perbankan dan bagaimana risiko yang mungkin dihadapkan pada investor. Variabel makroekonomi yang digunakan adalah jumlah uang beredar, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar US pada periode Januari 2010 hingga Desember 2023. Data yang dianalisis mencakup saham dari sektor perbankan pada perusahaan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia(Persero) TBK. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI). Metode Autoregressive Distributed Lag (ARDL) digunakan untuk memahami hubungan jangka panjang antara variabel makroekonomi dan return saham. Dalam penelitian jangka pendek dan panjang, diketahui bahwa pergerakan harga saham sektor perbankan dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah uang beredar dan kurs mata uang Rupiah terhadap Dolar US. Metode Value at risk digunakan untuk menganalisis bagaimana nilai risiko yang mungkin terjadi Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman tentang variabel makroekonomi dan risiko terhadapnya. Penelitian ini menggunakan metode simulasi Monte Carlo dan historis untuk mengukur atau menganalisis VaR pada aset tunggal dan portofolio dari saham BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI untuk mengetahui nilai resiko atau estimasi kerugian maksimum dari saham tersebut. Perhitungan VaR pada aset tunggal dan portofolio bertujuan untuk mengetahui risiko mana yang lebih besar diantara berinvestasi pada aset tunggal atau pada aset gabungan yang dibentuk dalam portofolio. Diperoleh hasil perbandingan aset tunggal dan porotofolio dari saham sub sektor rokok menunjukkan dengan menggunakan masing-masing metode jenis investasi pada portofolio menghasilkan nilai VaR terendah yaitu sebesar 5,56% dengan tingkat kepercayaan 90% dan 7,52% pada tingkat kepercayaan 95%. Implikasi dari temuan ini dapat memberikan panduan bagi investor, pemerintah dalam kebijakan moneter, serta pelaku pasar dalam mengambil keputusan yang lebih berbasis risiko.