Kerawanan pangan dan gizi merupakan isu penting yang harus dituntaskan karena pangan merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Upaya pengentasan kerawanan pangan terus dilakukan demi mencapai target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu di antaranya mencapai ketahanan pangan dan tanpa kelaparan (zero hunger) pada tahun 2030. Salah satu cara melihat kondisi kerawanan pangan dan gizi adalah melalui angka Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan atau dikenal dengan istilah Prevalence of Undernourishment (PoU). Indonesia berhasil menurunkan angka PoU pada tahun 2023 menjadi 8,53% dari angka 10,21% pada tahun 2022. Namun, angka tersebut masih di bawah target dari amanat Perpres 111 tahun 2022 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB sebesar 5% pada tahun 2024. Indonesia terdiri dari 34 provinsi dengan kondisi yang berbeda-beda, sehingga ketahanan pangan di setiap provinsi juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengelompokan (clustering) provinsi di Indonesia untuk menentukan daerah prioritas dalam upaya penanganan kerawanan pangan, sehingga dapat memaksimalkan pembuatan kebijakan penyelenggaraan pangan dan mengurangi kondisi ketimpangan pangan. Clustering merupakan proses pengelompokan suatu data ke dalam kelompok-kelompok tertentu (cluster), dimana anggota dalam suatu cluster memiliki karakteristik serupa, namun berbeda dengan cluster yang lain. Penelitian ini akan mengelompokkan provinsi-provinsi di Indonesia berdasarkan indikator pada Indeks Ketahanan Pangan (IKP) tahun 2023 menggunakan metode Gravitational Search Algorithm-Fuzzy C-Means (GSA-FCM). Algoritma optimasi GSA digunakan untuk mengatasi permasalahan local optimum yang sering terjadi pada FCM. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan cluster optimal hasil pemetaan 34 provinsi di Indonesia berdasarkan indikator IKP tahun 2023 dan mengetahui karakteristik dari setiap cluster yang dihasilkan. Berdasarkan nilai fungsi objektif akhir yang dihasilkan, algoritma GSA-FCM terbukti mampu mengatasi masalah pada FCM karena menghasilkan nilai yang jauh lebih kecil. Terdapat 2 cluster yang dihasilkan, yang berturut-turut merupakan cluster dengan prioritas penanganan sekunder dan utama. Cluster 1 beranggotakan 25 provinsi dan cluster 2 beranggotakan 9 provinsi.