Pernikahan pada usia muda masih menjadi permasalahan yang cukup umum terjadi di berbagai daerah Indonesia, terutama di lingkungan pedesaan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat yang rendah. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pernikahan usia muda sebagai salah satu penyebab melemahnya ketahanan ekonomi dalam rumah tangga, dengan pendekatan kajian pustaka berdasarkan studi literatur. Hasil ini menunjukkan bahwa pernikahan dini membawa dampak serius terhadap kondisi ekonomi keluarga, ditandai dengan terbatasnya akses pendidikan, minimnya peluang pekerjaan yang layak, serta kurangnya keterampilan dalam mengelola keuangan keluarga. Pasangan muda juga rentan mengalami tekanan psikologis dan ketergantungan finansial terhadap keluarga besar. Selain itu, keterbatasan dalam mengakses bantuan sosial memperburuk ketahanan ekonomi mereka. Dalam jangka panjang, kondisi ini memperbesar risiko munculnya siklus kemiskinan antargenerasi. Studi ini merekomendasikan pentingnya peningkatan edukasi, pelatihan keterampilan hidup, serta kebijakan yang mendorong penundaan usia pernikahan sebagai langkah preventif. Kolaborasi antara keluarga, lembaga pendidikan, dan pemerintah sangat diperlukan dalam menciptakan sistem perlindungan dan pemberdayaan bagi remaja agar mampu mencapai kesiapan berumah tangga secara optimal, baik dari aspek psikologis maupun ekonomi.Kata Kunci: Pernikahan Muda; Ketahanan Ekonomi; Kesejahteraan Keluarga. Early-age marriage continues to be a significant social issue in many parts of Indonesia, particularly in rural communities with low levels of income and education. This study explores how early marriage contributes to weakened family economic stability by reviewing scientific literature published over the past five years. The analysis reveals that marrying young has a considerable negative impact on economic resilience. Contributing factors include limited educational attainment, lack of access to decent employment opportunities, and poor financial management skills. Young couples are also vulnerable to psychological stress and often remain financially dependent on their extended families. Furthermore, their inability to access formal social assistance worsens their household's financial condition. In the long term, these economic difficulties increase the risk of intergenerational poverty. This study recommends the importance of improving education, life skills training, and policies that promote delayed marriage as preventive measures. Cooperation among families, educational institutions, and government entities is necessary to establish systems that protect and empower youth so they can attain adequate readiness for marriage, both psychologically and economically.Keywords: Early-Age Marriage; Economic Resilience; Family Well-Being.