Qurrotu'ain, Zalfa
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Pola Penanganan Gelandangan Psikotik di Balai PRS PMKS Sidoarjo Qurrotu'ain, Zalfa
Jurnal Interaksi Sosiologi Vol 4 No 2 (2025): Jurnal Interaksi Volume 4 Nomor 2 2025
Publisher : Laborataorium Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/jis.v4i2.14737

Abstract

Artikel ini membahas pola penanganan gelandangan psikotik di Balai PRS PMKS Sidoarjo dari perspektif sosiologis, dengan fokus pada pendekatan rehabilitasi sosial. Artikel ini membahas pola penanganan gelandangan psikotik di Balai PRS PMKS Sidoarjo dari perspektif sosiologis, dengan fokus pada pendekatan rehabilitasi sosial. Penelitian ini menganalisis bagaimana lembaga tersebut merancang program rehabilitasi untuk individu dengan gangguan psikotik yang hidup di jalanan, serta dampaknya dalam memulihkan fungsi sosial mereka di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas program dalam menciptakan harmoni sosial dan memberdayakan individu agar kembali berperan dalam struktur masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kerangka analisis teori sosiologi struktural-fungsional oleh Talcott Parsons digunakan untuk menjelaskan bagaimana program rehabilitasi di Balai PRS PMKS berfungsi sebagai mekanisme pemulihan keseimbangan sosial. Teori ini menyoroti pentingnya setiap elemen masyarakat, termasuk lembaga sosial, dalam menjaga stabilitas sistem sosial secara keseluruhan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pola penanganan di Balai PRS PMKS Sidoarjo meliputi stabilisasi medis, terapi psikososial, dan pemberdayaan ekonomi. Ketiga tahapan tersebut saling melengkapi dalam memulihkan fungsi individu sebagai bagian dari masyarakat. Efektivitas program terlihat dari kemampuan pasien yang berhasil reintegrasi sosial, meskipun dihadapkan pada kendala seperti stigma sosial dan keterbatasan fasilitas. Penelitian ini menegaskan pentingnya penguatan kelembagaan sosial dan perubahan pola pikir masyarakat untuk menciptakan harmoni sosial yang inklusif.