Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Perkembangan Seni Bela Diri Maenpo Cikalong di Kabupaten Cianjur Tahun 1907-2019 Fatmawati , Wulan Rizki; Bariyah , Rima Khoerul; Zarkasih , Rosani Tazkiyah; Az Zahra , Nurshafwah; Rasyid, Athhar Faza; Khairunnisa, Ersa
Pubmedia Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 4 (2024): April
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/pssh.v1i4.146

Abstract

Maenpo Cikalong adalah aliran pencak silat asal Jawa Barat tepatnya Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur. Aliran pencak silat atau bela diri ini pertama kali diciptakan dan dikembangkan oleh Raden Jayaperbata atau dikenal juga dengan nama Raden Haji Ibrahim di Cikalong, Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses dan sejarah terciptanya Maenpo Cikalong serta bagaimana proses perkembangannya sejak awal hingga diakui UNESCO. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo yaitu pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa Seni Bela Diri Maenpo telah ada sejak tahun 1907 dengan dipelopori oleh Raden Haji Ibrahim. Maenpo Cikalong pada awal perkembangannya hanya dapat dipelajari oleh kalangan-kalangan tertentu seperti kalangan manak Cianjur dan keturunan dari Raden Haji Ibrahim saja. Hal tersebut dikarenakan Maenpo Cikalong memiliki perbedaan dengan aliran-aliran bela diri lainnya. Yang membedakan Maenpo Cikalong dengan aliran bela diri lainnya yaitu Maenpo Cikalong lebih mengutamakan rasa dibandingkan kekerasan fisik, maka dari itu Maenpo Cikalong akan berbahaya apabila dikuasai oleh orang-orang sembarangan yang tidak bertanggungjawab. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maenpo Cikalong akhirnya dapat dipelajari oleh semua kalangan masyarakat khususnya masyarakat Cianjur. Maenpo Cikalong bahkan diakui sebagai warisan budaya seni bela diri asli Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2019.