Rujali, Rujali
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Membangun Dialog Transformatif: Pendekatan Komunikasi Inklusif Untuk Pedagang Asongan Berdasarkan Yohanes 4:1-42 Harming, Harming; Rujali, Rujali; Lawai, Hendry; Toni, Toni
Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi Vol 6, No 1 (2025): JUNI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kharisma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54553/kharisma.v6i1.318

Abstract

In an era of increasingly advanced globalization, building intercultural relationships has become a growing challenge. This article examines the application of inclusive communication approaches in the context of street hawkers, a group often marginalized in discussions of social and cultural inclusion. Based on the theological narrative of John 4:1–42, the study identifies key principles of transformative dialogue, such as sensitivity to cultural contexts, expanding the boundaries of diversity, and striving for unity through constructive dialogue. Using a qualitative interpretive method, this research provides an in-depth analysis of the biblical text and its relevance to real social contexts. The findings show that transformative dialogue principles can serve as the foundation for communication strategies that promote social inclusion and intercultural cooperation among street hawkers. This article not only presents a theological analysis but also offers practical insights for developing inclusive and empowering communication strategies in an increasingly diverse society. Di era globalisasi yang semakin maju, membangun relasi antarbudaya menjadi tantangan yang kian kompleks. Artikel ini mengkaji penerapan pendekatan komunikasi inklusif dalam konteks para pedagang kaki lima, kelompok yang sering terpinggirkan dalam wacana inklusi sosial dan budaya. Berdasarkan narasi teologis Yohanes 4:1–42, studi ini mengidentifikasi prinsip-prinsip dialog transformatif seperti kepekaan terhadap konteks budaya, perluasan batas keberagaman, dan upaya mencapai kesatuan melalui dialog konstruktif. Metode yang digunakan adalah kualitatif interpretatif untuk menganalisis teks biblika secara mendalam dan relevansinya dalam konteks sosial konkret. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip dialog transformatif dapat menjadi landasan strategi komunikasi guna mendorong inklusi sosial dan kerja sama antarbudaya di kalangan pedagang kaki lima. Artikel ini tidak hanya menawarkan analisis teologis, tetapi juga pandangan praktis untuk mengembangkan strategi komunikasi yang inklusif dan memberdayakan dalam masyarakat yang semakin beragam.
Kekristenan Yang Relevan: Menjawab Tantangan Sosial-Budaya Secara Kontekstual Rujali, Rujali; Doma, Yabes
Proceeding National Conference of Christian Education and Theology Vol. 3 No. 2 (2025): Developing Christian Spirituality in the Digital Age
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/nccet.v3i2.1111

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Kekristenan yang relevan: menjawab tantangan sosial budaya secara kontekstual, mengingat setiap daerah tertentu memiliki perbedaan masing-masing, maka sangat penting melihat probelmatik yang terjadi sesuai dengan konteks yang dialami sehingga kehadiran Kekeristenan yang ada dapat menjadi solusi yang relevan dalam menjawab tantangan Sosial-Budaya. Makalah ini juga bertujuan guna membahas pentingnya agama Kristen dalam menghadapi tantangan sosial dan budaya saat ini dengan pendekatan yang menghargai perbedaan budaya. Gereja perlu menyesuaikan diri dengan tren globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan demografi untuk merespons masalah sosial dan budaya secara efektif. Pendidikan teologi berperan penting dalam mempersiapkan pengikut untuk menghadapi tantangan, seperti ekonomi digital. Selain itu, ekoteologi meningkatkan kesadaran tentang krisis lingkungan dalam komunitas Kristen. Penggunaan media digital dalam pelayanan gereja dapat menjangkau generasi muda dan menciptakan komunitas spiritual yang kuat. Dialog lintas budaya dan antaragama juga sangat diperlukan untuk mendorong harmoni sosial dan mengatasi konflik.