Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Naratif Kampanye Jerhemy Owen tentang Pengelolaan Sampah Banyumas di Media Sosial Nasution, Aditya Kurniawan; Nurdin Kosasih
Publish: Basic and Applied Research Publication on Communications Vol. 4 No. 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/njqv4z74

Abstract

Masalah lingkungan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, telah menjadi tantangan global yang membutuhkan pendekatan inovatif dan berkelanjutan. Di tengah kompleksitas permasalahan ini, Kabupaten Banyumas di Indonesia muncul sebagai contoh praktik baik dalam menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Melalui program “Sumpah Beruang” (Sulap Sampah Berubah Uang), daerah ini berhasil mengolah sampah menjadi sumber daya ekonomi dengan memanfaatkan pendekatan ekonomi sirkular dan teknologi seperti Refuse Derived Fuel (RDF) serta pirolisis. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran penting komunikasi digital dalam membangun kesadaran publik dan mendorong partisipasi aktif masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana narasi kampanye media sosial yang dilakukan oleh influencer Jerhemy Owen mampu menyampaikan pesan lingkungan secara efektif dan membentuk perilaku masyarakat, khususnya melalui video “Pengolahan Sampah Terbaik di Indonesia! Luar Negeri Belajar ke Banyumas”. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain analisis naratif berdasarkan Paradigma Naratif Walter Fisher. Analisis difokuskan pada struktur narasi, elemen visual-verbal, serta keterlibatan audiens di platform media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasi dalam video memiliki koherensi (coherence), yaitu alur cerita yang logis dan terstruktur dengan baik, serta kesetiaan (fidelity), yaitu relevansi cerita dengan nilai-nilai, pengalaman, dan aspirasi audiens. Kedua elemen ini membuat pesan kampanye menjadi lebih mudah diterima, diinternalisasi, dan mendorong perubahan perilaku nyata dalam pengelolaan sampah. Temuan ini mengindikasikan bahwa kekuatan storytelling digital dapat meningkatkan efektivitas kampanye lingkungan, terutama dalam konteks masyarakat digital yang mengandalkan visual dan narasi emosional. Jerhemy Owen berhasil membangun hubungan emosional dan kepercayaan dengan audiens melalui narasi yang autentik dan visual yang kuat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi naratif di media sosial memiliki potensi besar sebagai alat advokasi lingkungan dan dapat direplikasi sebagai strategi komunikasi pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan Banyumas menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 11 (Kota dan Pemukiman Berkelanjutan) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Environmental Conflict Communication PBNU and Activist Perspectives on Mining in Raja Ampat: A Discourse Analysis of the ROSI Kompas TV Broadcast Nasution, Aditya Kurniawan
International Journal of Environmental Communication (ENVICOMM) Vol. 3 No. 1 (2025)
Publisher : Faculty of Communication Science | Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/envicomm.v3i1.8880

Abstract

Environmental communication, critical discourse analysis, religious institutions, ecological justice, media framing, epThis study explores the dynamics of environmental conflict communication between religious institutions and civil society activists through a critical discourse analysis of the televised debate on ROSI Kompas TV, focusing on nickel mining in Raja Ampat. Using Fairclough’s model of Critical Discourse Analysis (CDA), which comprises three levels—text, discursive practice, and social practice—this research investigates how Ulil Abshar Abdalla (representing PBNU) and activist Iqbal Damanik construct opposing narratives regarding the involvement of religious organizations in mining projects. PBNU frames the mining initiative as a form of “public benefit” and national development, while the activist emphasizes ecological justice and the protection of indigenous rights. The analysis reveals how language, diction, metaphors, and interruption strategies are employed to establish both legitimacy and resistance. Additionally, the role of media is shown to be central in framing and selecting narratives, often marginalizing the voices of directly affected indigenous communities. This study contributes to the growing field of environmental communication in Indonesia by demonstrating how ecological conflicts are constructed and contested within mainstream public discourse.