Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan bentuk komunikasi yang diterapkan oleh pengasuh terhadap anak asuh di UPTD Panti Sosial Rehabilitasi Anak Membutuhkan Perlindungan Khusus (PSRAMPK) Indralaya, serta untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses komunikasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang dibangun pengasuh dilakukan secara interpersonal melalui dua bentuk utama, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dilakukan melalui kalimat afirmatif, motivasi, dan dukungan emosional seperti pujian, sapaan lembut, serta ajakan kegiatan yang bersifat membangun kepercayaan diri anak. Sementara itu, komunikasi nonverbal dilakukan melalui sentuhan lembut, pelukan, senyuman, kontak mata, dan ekspresi tubuh yang penuh kehangatan sebagai bentuk afeksi dan rasa aman. Hambatan komunikasi yang dihadapi pengasuh antara lain perbedaan bahasa, karakter anak yang tertutup, tingkat pendidikan yang rendah, serta kondisi emosional anak yang tidak stabil akibat latar belakang traumatis dan pengalaman buruk masa lalu. Penelitian ini mengacu pada teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) yang menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif dapat memenuhi kebutuhan dasar anak akan kasih sayang, penerimaan, dan pengarahan. Dengan demikian, komunikasi pengasuh tidak hanya sebagai alat penyampai pesan, tetapi juga sebagai media pemulihan psikososial anak asuh di panti sosial.