Pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, telah meningkatkan tekanan terhadap kinerja simpang jalan, khususnya pada simpang tak bersinyal yang sering menjadi titik kemacetan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja simpang tak bersinyal bertipe empat pendekat dua arah dua lajur pada ruas Jalan H. A. M. Arsyad, Jalan Arah Jompie, dan Jalan Kavaleri dengan menggunakan pendekatan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia edisi terbaru. Metode yang digunakan bersifat kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survei lapangan. Data dikumpulkan melalui observasi langsung terhadap volume lalu lintas, geometri simpang, dan hambatan samping selama dua hari pengamatan pada hari kerja dan hari libur. Analisis dilakukan berdasarkan parameter kapasitas aktual, derajat kejenuhan, tundaan, dan tingkat pelayanan simpang. Hasil menunjukkan bahwa kapasitas aktual simpang mengalami penurunan lebih dari dua puluh lima persen akibat hambatan samping tinggi dan ketidaksesuaian geometri simpang. Nilai derajat kejenuhan pada pendekat utama melebihi ambang batas ideal, dengan nilai tertinggi mencapai satu koma empat lima. Tingkat pelayanan simpang berada pada kategori sedang hingga buruk, ditunjukkan oleh tundaan lalu lintas yang signifikan dan antrian kendaraan yang panjang. Kondisi ini menunjukkan bahwa simpang tak bersinyal di lokasi penelitian tidak lagi mampu mengakomodasi volume kendaraan aktual secara efisien. Penelitian ini menyimpulkan bahwa simpang tak bersinyal di Kota Parepare membutuhkan intervensi teknis melalui rekayasa lalu lintas dan penataan ulang geometrik. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan kebijakan transportasi di kota kecil serta memperkuat penggunaan pendekatan berbasis Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia untuk konteks lokal.