Gangguan obsesif kompulsif/obsessive compulsive disorder (OCD) ditandai adanya pikiran (obsesi) yang mengganggu berulang yang menimbulkan respons berupa perilaku tertentu. Ketika pandemi COVID-19 melanda, terjadi ketakutan terinfeksi penyakit ini yang memengaruhi gejala OCD pada seorang individu dan dilaporkan bahwa prevalensi gangguan obsesif kompulsif meningkat dan mencapai hingga 17,93%. Tujuan penelitian ini adalah menilai hubungan ketakutan terhadap COVID–19 dan kecenderungan gangguan obsesif kompulsif pada dewasa usia produktif. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan subjek 283 dewasa berusia 20-40 tahun berdomisili di DKI Jakarta. Subjek terdiri dari 123 laki-laki dan 160 perempuan. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Fear of COVID-19 Scale (FCV-19S) dan Obsessive Compulsive Inventory-Revised Scale (OCI-R). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2021. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan nilai p < 0,05. Karakteristik subjek lebih banyak berusia 20-29 tahun (52,3%), didominasi oleh perempuan (56,5%), bekerja sebagai karyawan swasta (49,5%) dan memiliki pendapatan sebanyak 2,7–5 juta per bulan (48,1%). Sebanyak 69,6% subjek takut sampai sangat takut terhadap COVID-19 dan sebanyak 82,3% memiliki kecenderungan gangguan obsesif kompulsif. Uji Chi-square didapatkan p ≤ 0,001 dan disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara ketakutan terhadap COVID–19 dan kecenderungan gangguan obsesif kompulsif pada dewasa usia produktif. Kata kunci: covid-19, dewasa, kompulsif, obsesif, takut DOI : 10.35990/mk.v8n2.p219-229