Baliho kampanye politik, dalam konteks ini kontestasi Pilkada, dipandang sebagai salah satu media sosialisasi yang efektif untuk mengenalkan kandidat kepada para calon pemilih. Desain visual yang mencolok dan pemanfaatan bahasa yang unik memberikan kesan estetik bagi pembaca baliho tersebut. Selain itu, muatan pesan di dalam baliho yang cukup padat memiliki potensi untuk dikaji dari aspek kritis dan perspektif gender. Riset ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis penggunaan bahasa dalam wacana baliho kampanye para kandidat yang berperspektif gender dengan model Michel Foucault. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan memanfaatkan pendekatan analisis wacana kritis model Foucault. Teknik penyediaan data dilakukan melalui observasi dan dokumentasi. Selain itu, peneliti memanfaatkan teknik triangulasi data untuk menjamin tingkat kevalidan data. Hasil temuan riset ini menunjukkan bahwa representasi gender melalui media visual tidak sekadar mencerminkan stereotip yang lazim di masyarakat, tetapi juga berperan sebagai instrumen pembentuk wacana yang mengatur norma-norma sosial dan politik terkait peran laki-laki dan perempuan dalam ruang publik. Oleh karena itu, dari sudut pandang Foucault, baliho kampanye bukan hanya berfungsi sebagai sarana promosi politik semata, melainkan juga menjadi medan pertarungan wacana yang dapat memperkuat maupun menentang struktur dominasi gender yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian riset ini mencoba memberi warna baru dalam memahami dinamika representasi gender serta implikasinya terhadap praktik kekuasaan dan identitas sosial di konteks lokal.