Luka bakar merupakan kerusakan yang terjadi pada jaringan kulit akibat kontak dengan agen termal, kimiawi, atau listrik. Luas area luka bakar dapat mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh. Penggunaan silver sulfadiazin dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit. Daun secang (Biancaea sappan L.) secara empiris memiliki efek farmakologi yang dapat mempercepat penyembuhan luka bakar. Daun secang berpotensi dikembangkan menjadi obat tradisional, karena mengandung flavonoid yang berperan dalam merangsang penyembuhan luka bakar. Karbopol 940 merupakan agen pembentuk gel yang dapat mempengaruhi karakteristik fisik sediaan gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi karbopol 940 pada sediaan gel ekstrak daun secang dan melihat stabilitas fisik sediaan gel dengan metode cycling test. Ekstrak daun secang sebagai bahan aktif diformulasikan menjadi tiga formula dengan variasi konsentrasi karbopol 940 sebagai gelling agent, yaitu FI (1%); FII (1,5%); dan FIII (2%). Parameter yang diuji pada sediaan gel adalah karakteristik fisik yang meliputi organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas. Sediaan gel kemudian diuji stabilitasnya dengan metode cycling test pada dua suhu selama 6 siklus, yaitu suhu dingin ± 4°C selama 24 jam dan suhu panas ± 40°C selama 24 jam disebut dengan 1 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi gelling agent karbopol 940 dengan penambahan TEA berpengaruh terhadap karakteristik fisik sediaan gel, dimana terjadi peningkatan pH dan viskositas, sedangkan daya sebar dan daya lekat mengalami penurunan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa FIII memenuhi kriteria fisik dari sediaan gel luka bakar ekstrak daun secang (Biancaea sappan L.) dengan nilai pH 6; daya sebar 5,5 ; daya lekat 1,38; dan viskositas 275. FIII merupakan formula gel yang paling optimum.