Salah satu kebakaran hutan di Provinsi Sulawesi Selatan terjadi di puncak Gunung Bulusaraung, di Desa Tompobulu, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep. Luas kebakaran hutan diperkirakan 2,5 hektar, disebabkan oleh aktivitas manusia saat mendaki Gunung. Untuk mengantisipasi kebakaran hutan, diperlukan teknologi untuk mendeteksi potensi kebakaran hutan di Kecamatan Balocci, terutama di daerah rawan kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan daerah potensial berisiko kebakaran dan mengidentifikasi distribusi spasial dan jenis tutupan lahan yang paling rentan terhadap kebakaran di Kabupaten Balocci. Penelitian ini menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Temperature Condition Index (TCI), dan Vegetation Condition Index (VCI). Integrasi ketiga parameter ini (NDVI, VCI, dan TCI) membentuk kerangka kerja analisis holistik untuk memetakan daerah rawan kebakaran. Perkiraan daerah rawan kebakaran menghasilkan 132,41 ha daerah berisiko kebakaran di Kabupaten Balocci. Kawasan "sangat rentan" (15,29 ha) didominasi oleh semak belukar di Desa Balocci Baru (4,53 ha) dan pertanian lahan kering (3,56 ha) akibat kepadatan vegetasi yang rendah (NDVI min -0,06), kekeringan ekstrem (TCI ? 35), dan penurunan kesehatan vegetasi (VCI min 33). Sementara itu, kawasan "rentan" yang paling signifikan (117,12 ha) terdiri dari persawahan (34,19 ha; Desa Balleanging) dan pertanian lahan kering (32,68 ha), yang berpotensi menjadi koridor kebakaran di musim kemarau. Kerentanan tertinggi terdapat di Tonasa (19,20% kawasan rentan) dan Balocci Baru (3,42% sangat rentan). Sebaran ini dipicu oleh tekanan ekologis dan aktivitas manusia (pembukaan lahan di Tonasa). Upaya mitigasi prioritas harus difokuskan pada pengelolaan semak belukar (Balocci Baru), pengendalian pembakaran lahan kering (Tonasa), dan kewaspadaan terhadap lahan kering persawahan (Balleanging).