Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

UPAYA PENGURUS PONDOK PESANTREN DALAM MENANGANI KEKERASAN FISIK TERHADAP SANTRI ANAK PENGHAFAL AL-QUR’AN Suaidi, H.M.; Baihaqi, Muhammad Amir
Dirasah: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam Vol 8 No 2 (2025): Dirasah: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Binamadani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51476/dirasah.v8i2.750

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui hal-hal yang berpotensi memicu terjadinya kekerasan fisik dan berbagai upaya yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Daarul Qur’an Lantaburo Cipondoh, Kota Tangerang, dalam menangani kasus kekerasan fisik yang menimpa salah seorang santrinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun sumber data primer diperoleh melalui wawancara kepada seorang pimpinan yayasan, badan pengurus harian, bagian pengasuhan putra dan putri, santri penghafal Al-Qur’an dan alumni pengabdian di pondok pesantren tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi untuk memperoleh data-data aktual terkait peristiwa kekerasan fisik yang terjadi. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpotensi memicu terjadinya kekerasan fisik yaitu para santri kurang mendapatkan edukasi tentang tindak kekerasan fisik, interaksi sosial santri yang berlebihan, adanya senioritas di kalangan santri, personel pengurus yang belum berkompeten, kelalaian yang masih mungkin terjadi, dan pengaruh negatif dari lingkungan rumah. Upaya yang dilakukan pengurus pondok pesantren agar kasus kekerasan fisik terhadap santri tidak terulang, yaitu melakukan restrukturisasi pengurus, evaluasi terhadap sistem pondok pesantren, penetapan tata tertib, penambahan agenda kegiatan, pengadaan teknologi CCTV dan laboratorium komputer, serta pendekatan individual oleh guru halaqah. Pengurus pondok pesantren menghadapi tantangan yang harus segera diatasi, yaitu: belum diterapkannya pemetaan tingkat kedewasaan diri para santri di jenjang Madrasah Ibtidiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), kurangnya kerja sama antar pengurus, kurangnya rasa tanggung jawab sebagian pengurus, belum hadirnya figur yang disegani, kurangnya sumber daya manusia sehingga mengakibatkan peran dan tugas yang diemban menjadi tumpang tindih. Pengelola pondok pesantren berkomitmen mengatasi tantangan-tantangan tersebut agar kehidupan warga pondok pesantren lebih baik lagi.