Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna konstruksi dan fungsi sosial tradisi Nogigi dalam komunitas Kaili di Palupi, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, serta respons adaptifnya terhadap perubahan sosial budaya. Menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan tetua tradisional dan praktisi ritual, observasi partisipatif selama upacara pra-nikah, dan dokumentasi simbol dan narasi lokal. Data dianalisis menggunakan kerangka teoritis ganda: teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann dan teori struktural-fungsional Durkheim dan Radcliffe-Brown. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa Nogigi bukan hanya tindakan estetika tetapi ritual pemurnian spiritual yang melambangkan transformasi identitas dan status sosial. Ini melayani empat fungsi sosial inti: kohesi integratif, transmisi nilai budaya, kontrol sosial, dan legitimasi status dan hierarki sosial. Di tengah modernisasi dan globalisasi, tradisi ini telah mengalami interpretasi ulang—terutama di kalangan generasi Kaili perkotaan yang lebih muda—sambil mempertahankan signifikansi spiritual dan komunalnya. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada analisis interdisiplinernya, menggabungkan lensa antropologis dan sosiologis untuk menghadirkan Nogigi sebagai simbol budaya dinamis yang tertanam dalam kehidupan perkotaan kontemporer. Studi ini merekomendasikan penelitian di masa depan untuk melakukan analisis komparatif di seluruh kelompok sub-etnis Kaili dan untuk mengeksplorasi bagaimana platform digital dan konteks diaspora memengaruhi transformasi dan pelestarian praktik budaya tersebut.