Era digital telah secara fundamental mengubah industri musik, memaksa label musik besar untuk beradaptasi melampaui peran tradisional mereka. Meskipun dominasi mereka bertahan, terdapat kesenjangan pemahaman mengenai bagaimana label-label ini secara proaktif mengelola inovasiinternal untuk menciptakan dan mengarahkan tren hiburan global, bukan sekadar bereaksi terhadap disrupsi teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam mekanisme internal dan praktik manajerial di balik strategi inovasi label musik besar, dengan fokus pada jenis inovasi yang diprioritaskan, faktor organisasional yang memengaruhinya, dan dampaknya terhadap ekosistem industri serta perilaku konsumen. Menggunakan pendekatan kualitatif dengandesain studi kasus kolektif di tiga pusat industri musik (Los Angeles, London, Jakarta), penelitian ini mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan eksekutif label dan artis, analisis dokumen digital, serta survei konsumen. Data dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mengidentifikasi pola strategi inovasi. Temuan utama mengungkapkan lima strategi inti: (1) transformasi proses A&R dari intuisi menjadi model berbasis data prediktif; (2) orkestrasi pemasaran hibrida yang merekayasa viralitas di ekosistem digital; (3) diversifikasi portofoliosebagai perusahaan manajemen kekayaan intelektual (IP) yang merambah gaming dan metaverse; (4) rekonfigurasi hubungan label-artis yang ditandai oleh ketegangan antara kemitraan berbasis data dan kontrol algoritmik; serta (5) respons konsumen yang dualistis, mengapresiasi personalisasi namun mengalami kejenuhan algoritmik. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa label musik besar telah berevolusi menjadi arsitek tren digital yang canggih denganmengintegrasikan data ke dalam proses kreatif dan bisnis inti. Secara teoretis, penelitian ini memperkaya pemahaman tentang inovasi di industri kreatif dan mengidentifikasi fenomena “kejenuhan algoritmik”. Secara praktis, temuan ini menyarankan bahwa keberlanjutan kompetitiftidak hanya bergantung pada optimalisasi algoritma, tetapi juga pada kemampuan mengelola portofolio IP secara holistik, membina hubungan artis yang seimbang, dan menciptakan jalur penemuan musik yang otentik untuk melawan kelelahan konsumen.