Amellia, Najwa
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Hubungan Kelekatan Orang Tua-Anak dengan Regulasi Emosi pada Remaja di Jakarta Amellia, Najwa; Putri, Yossie Susanti Eka
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 10, No 2 (2025)
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32419/jppni.v10i2.700

Abstract

Kelekatan orang tua-anak merujuk pada kualitas hubungan emosional yang dibangun melalui interaksi yang hangat, responsif, dan konsisten yang berperan penting dalam perkembangan kemampuan regulasi emosi remaja. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan kelekatan orang tua-anak dengan regulasi emosi pada remaja di Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan metode cluster sampling, melibatkan 428 responden berusia 13–19 tahun di beberapa sekolah menengah di Jakarta. Instrumen yang digunakan mencakup Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) dan Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescents (ERQ-CA). Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner selama bulan Februari–Maret 2025, dan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil: Rata-rata skor kelekatan orang tua-anak adalah 55,34. Sebanyak 239 remaja (55,8%) memiliki tingkat kelekatan yang tinggi, sementara 189 remaja (44,2%) memiliki tingkat kelekatan yang rendah. Dimensi kelekatan yang paling dominan dimiliki responden ialah kepercayaan (56,8%), diikuti keterasingan (24,4%), dan komunikasi (18,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan orang tua-anak dan regulasi emosi pada remaja dengan arah korelasi negatif (p-value = 0,036; r = –0,101). Diskusi: Kelekatan yang tinggi tidak secara otomatis menyebabkan rendahnya regulasi emosi, melainkan mencerminkan ketidakseimbangan dimensi kelekatan, khususnya tingginya keterasingan dan rendahnya komunikasi, yang menghambat remaja dalam mengelola emosi secara adaptif. Simpulan: Perawat perlu melakukan skrining keterasingan emosional pada remaja dan mengembangkan intervensi berbasis keluarga yang berfokus pada peningkatan komunikasi dan pengurangan keterasingan. Integrasi materi kelekatan dalam kurikulum sekolah serta kampanye digital diperlukan sebagai upaya promotif kesehatan mental remaja.Kata Kunci: kelekatan orang tua-anak, regulasi emosi, remaja Correlation Between Parent–Child Attachment and Emotion Regulation Among Adolescents in Jakarta ABSTRACTParent–child attachment refers to the quality of the emotional bond developed through warm, responsive, and consistent interactions, which plays a crucial role in the development of adolescents’ emotional regulation abilities. Objective: This research aims to examine the correlation between parent–child attachment and emotion regulation among adolescents in Jakarta. Methods: This was an analytical cross-sectional research. The sample was selected using probability sampling through a cluster sampling technique, involving 428 adolescents aged 13–19 years from several secondary schools in Jakarta. Data were collected using the Inventory of Parent and Peer Attachment–Revised (IPPA-R) and the Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescents (ERQ-CA). The survey was conducted between February and March 2025, and bivariate analysis was performed using Pearson correlation tests. Results: The average parent–child attachment score was 55.34. A total of 239 adolescents (55.8%) had high attachment levels, while 189 adolescents (44.2%) had low levels of attachment. The most dominant attachment dimension was trust (56.8%), followed by alienation (24.4%) and communication (18.8%). A significant negative correlation was found between parent–child attachment and emotion regulation (p = 0.036; r = –0.101). Discussion: High attachment levels do not automatically lead to better emotional regulation; rather, the imbalance among attachment dimensions—particularly high alienation and low communication—may hinder adolescents’ ability to regulate emotions adaptively. Conclusion: Nurses are encouraged to conduct emotional alienation screening among adolescents and develop family-based interventions focusing on enhancing communication and reducing alienation. Integration of attachment-focused content into school curricula and digital campaigns is recommended as part of adolescent mental health promotion efforts.Keywords: parent–child attachment, emotion regulation, adolescents