Kepulauan Seribu berbatasan langsung dengan perairan Laut Jawa yang dipengaruhi secara signifikan oleh sistem angin monsunal, sehingga dinamika gelombang laut di wilayah ini diduga kuat dipengaruhi oleh pola angin tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis keterkaitan antara karakteristik angin dan tinggi gelombang laut di perairan utara Kepulauan Seribu selama periode Monsun Peralihan II (10 September–10 Oktober 2024). Wilayah ini memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dinamika oseanografi akibat keterbukaannya terhadap Laut Jawa, sehingga berisiko terhadap gelombang laut musiman. Data angin (komponen zonal windx dan meridional windy) dan tinggi gelombang signifikan (VHM0) serta tinggi gelombang yang dibangkitkan oleh angin local (VHM0_WW), yang diperoleh dari arsip data CMEMS Marine Copernicus. Ocean Data View digunakan sebagai perangkat lunak pengolahan dan analisis data. Hasil analisis menunjukkan arah angin dominan berasal dari barat hingga barat laut, dengan kecepatan rata-rata 2,25–3,02 m/s. Kondisi angin tersebut berkontribusi terhadap peningkatan tinggi gelombang signifikan hingga 1,52 m, dan tinggi gelombang akibat angin lokal hingga 1,29 m. Temuan ini menegaskan bahwa karakteristik angin merupakan faktor utama pembentukan gelombang laut dan memiliki implikasi langsung terhadap keselamatan pelayaran. Oleh karena itu, peningkatan kualitas data dan informasi gelombang di kawasan Kepulauan Seribu perlu menjadi prioritas, guna memperkuat sistem pemantauan cuaca laut dan peringatan dini sebagai langkah strategis mitigasi risiko dan perlindungan aktivitas maritim.