Perkembangan teknologi digital menjadikan komputer sebagai alat utama dalam menunjang aktivitas kerja di berbagai sektor, termasuk instansi pemerintahan. Penggunaan komputer dalam durasi panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah kelelahan mata. Kondisi ini sering diabaikan meskipun berdampak pada kenyamanan dan produktivitas kerja. Fenomena ini perlu menjadi perhatian, khususnya di wilayah kepulauan seperti Kabupaten Sabu Raijua yang memiliki keterbatasan akses layanan kesehatan mata dan masih minim penelitian sejenis. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 31 orang yang dipilih melalui teknik total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Visual fatigue Index (VFI) dan dianalisis secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 19 responden (61%) mengalami kelelahan mata. Keluhan lebih banyak dialami oleh responden berusia ≥45 tahun (38,7%), laki-laki (41,9%), masa kerja >4 tahun (41,9%), penggunaan handphone >2 jam/hari (45,2%), tidak melakukan istirahat mata (16,1%), memiliki kelainan refraksi (41,9%), serta bekerja menggunakan komputer >4 jam/hari (25,8%) dan tanpa komputer <2 jam/hari (38,7%). Sebagian besar responden juga tidak menggunakan anti-glare screen (54,8%), kacamata anti radiasi (48,4%), dan bekerja dengan jarak monitor <50 cm (61,3%). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kelelahan mata umum terjadi pada pegawai pengguna komputer dengan durasi kerja visual tinggi dan kebiasaan kerja yang belum ergonomis. Diperlukan perhatian khusus pada aspek ergonomi dan edukasi perlindungan mata untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap penglihatan.