Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat mengganggu sistem metabolik yang bisa meningkatkan glukosa darah dan kolestrol. Kandungan nikotin, tar, serta zat kimia berbahaya dalam rokok dapat memicu stres oksidatif dan resistensi insulin yang berujung pada dislipidemia dan hiperglikemia. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus dan komplikasi metabolik lainnya. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kolesterol dan glukosa pada perokok aktif penting dilakukan sebagai upaya deteksi dini gangguan metabolisme. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah enzimatik kolorimetri, karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam mengukur kadar kolesterol total dan glukosa darah. Penelitian ini menggunakan observasional analitik yang tekniknya berupa purposive sampling dan desain penelitiannya cross-sectional dengan keterlibatan dari 30 responden laki-laki yang menjadi perokok aktif. Pemeriksan kadar kolesterol dan glukosa darah dilakukan menggunakan fotometer, yang dimulai dari proses pengambilan darah vena pada masing-masing responden, kemudian dilanjutkan dengan proses sentrifugasi untuk memperoleh serum darah, yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode Enzimatik Kolorimetri karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan pemeriksaan laboratorium terhadap kadar kolesterol dan glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berusia diatas 36 tahun, telah merokok selama lebih dari 20 tahun, dan memiliki kebiasaan merokok 11-20 batang perhari. Perokok aktif di wilayah tersebut ditandai dengan gangguan metabolik berupa peningkatan kadar kolesterol dan glukosa darah. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan pemantauan kadar kolesterol dan glukosa secara berkala, disertai penyuluhan mengenai hidup sehat dan berhenti merokok. Hal ini sangat diperlukan untuk menekan risiko komplikasi kesehatan di masa mendatang.