Kasus kematian bayi, yang diukur melalui angka kematian bayi, merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan masyarakat dan keberhasilan program pembangunan kesehatan. Upaya untuk mencegah kematian bayi dapat dilakukan melalui pemantauan kehamilan yang baik, pemeriksaan antenatal (ANC) yang optimal, serta deteksi dini terhadap risiko seperti bayi berat lahir rendah (BBLR) dan asfiksia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan kasus kematian bayi di RSUD Sejiran Setason tahun 2024. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan case control. Populasi penelitian mencakup seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Sejiran Setason selama satu tahun terakhir. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 29 ibu pada kelompok kasus (bayi yang meninggal) dan 116 ibu pada kelompok kontrol (bayi lahir hidup). Data didapatkan dari data rekam medis rumah sakit yang disesuaikan dengan ceklist. analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara BBLR (p = 0,000), asfiksia (p = 0,000) dan kunjungan ANC (p = 0,000) dengan kejadian kematian bayi, sedangkan usia ibu dan pendidikan ibu tidak memiliki hubungan yang bermakna (p > 0,05). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa BBLR, asfiksia, dan kunjungan ANC berhubungan dengan kematian bayi. Oleh karena itu, disarankan agar instansi kesehatan meningkatkan pelayanan ANC, memberikan edukasi kepada ibu hamil, serta melakukan deteksi dini terhadap faktor risiko. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencakup populasi yang lebih luas dengan variabel yang lebih mendalam.