Moh Ainul Muttaqin
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Menutup Jalan-Jalan yang Retak: Analisis Terputusnya Komunikasi dan Keterbukaan Anak terhadap Orang Tua dalam Perspektif Sadd adz-dzarī’ah Moh Ainul Muttaqin; Arif Sugitanata
The Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law Vol 6 No 2 (2025): Oktober
Publisher : Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/ijil and cil.v6i2.1184

Abstract

Komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga merupakan fondasi penting bagi tumbuhnya kelekatan emosional dan kepercayaan antarpersonal. Namun tidak sedikit anak justru merasa lebih nyaman berbicara kepada orang lain daripada kepada orang tuanya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap alasan-alasan mengapa komunikasi dan keterbukaan anak terputus dari orang tua serta menganalisis fenomena tersebut dalam perspektif Sadd adz-dzarī’ah, yaitu prinsip dalam fikih Islam yang bertujuan menutup jalan menuju kerusakan. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik-eksploratif, di mana data dikumpulkan melalui pencarian literatur kredibel dari jurnal, buku dan sumber daring melalui teknik boolean search. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterputusan komunikasi dan keterbukaan bukan semata disebabkan oleh niat buruk melainkan akibat akumulasi pola interaksi yang keliru, seperti tekanan komunikasi, respon menghakimi, absennya dialog emosional dan kelelahan psikologis orang tua. Di sisi lain, anak pun kerap mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan akibat minimnya tradisi komunikasi terbuka dalam keluarga. Analisis dengan teori Sadd adz-dzarī’ah menunjukkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi yang tampak netral namun terus berulang secara tidak tepat dapat menjadi dzarī’ah, yakni sarana menuju keretakan relasi. Tekanan verbal, budaya diam, ketimpangan nilai antar generasi hingga keletihan emosional dibaca sebagai jalan-jalan kecil menuju mafsadah relasional yang perlu ditutup secara preventif. Temuan ini menegaskan bahwa membangun kembali komunikasi yang sehat tidak cukup hanya mengandalkan niat baik melainkan membutuhkan upaya sadar menciptakan ruang aman dan manusiawi agar keterbukaan dapat tumbuh kembali secara utuh dan bermakna.