Penelitian ini bertujuan untuk memahami (1) simbol dan makna filosofi dari tradisi Mappasikkarawa dalam perkawinan adat Bugis Bone (2) penafsiran masyarakat terhadap tradisi Mappasikkarawa sebagai identitas budaya Bugis (3) Relevansi tradisi Mappasikkarawa dalam era modern kaitannya dengan mempertahankan identitas budaya Bugis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan data kualitatif. Data di peroleh menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan ditentukan melalui purposive sampling, meliputi tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat. Analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prosesi tradisi Mappasikkarawa memiliki kegiatan menyentuh bagian tertentu mempelai wanita setelah ijab qabul dan itu merupakan sebuah simbol yang memiliki makna filosofi yaitu Pertemuan dua ibu jari yang memiliki makna agar tidak saling egois dan mau bekerja sama, telapak tangan berisi memiliki makna agar dilancarkan rezeki, lengan memiliki makna kekuatan dan kesehatan, dada yang melambangkan kelembutan dan kesabaran, dahi melambangkan kepatuhan, diakhiri mencium tangan suami agar saling memaafkan dan mempererat hubungan suami istri (2) Mappasikkarawa menjadi identitas budaya Bugis karna mengandung nilai sosial, spiritual dan simbol penyucian diri sesuai dengan filosofi bugis tentang siri’ ( harga diri ) dan paccing ( kesucian ) sebelum memasuki fase baru dalam kehidupan (3) Tradisi ini tetap relevan dalam era modern, karena sebagai sarana pelestarian budaya bugis dan pembentukan identitas budaya . Tradisi ini perlu melibatkan generasi muda agar pewarisan dan pelestarian tradisi Mappasikkarawa tidak hilang dari masyarakat bugis.