Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Multifaceted Nature of Clopidogrel Resistance: Integrating Pharmacodynamic, Pharmacokinetic, and Pharmacogenomic  Andika Yusuf Ramadhan
MEDICINUS Vol. 38 No. 9 (2025): MEDICINUS
Publisher : PT Dexa Medica

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56951/pex51w69

Abstract

Clopidogrel is a second-generation thienopyridine drug that acts as a platelet aggregation agent and widely used to treat cardiovascular disease by preventing the formation of thrombus.  Growing studies in the cardiovascular field have led to a new term, which is clopidogrel resistance. The mechanism of clopidogrel resistance could be the consequence of several factors such as decreased bioavailability due to pharmacokinetic changes, PK/PD interactions with other drugs, and genetic polymorphisms. Genetic polymorphisms affect the metabolism of clopidogrel prodrug, leading to sub-therapeutic concentrations of active metabolites. In addition, mutations in the P2Y12 receptor gene also impact platelet activity against agonis and antagonist ADP.  Measurement of platelet activity and pharmacogenomics profiling could help in diagnosing and monitoring clopidogrel therapy with suspicion of clopidogrel resistance.
Efektivitas Buah Tomat sebagai Penghambat Kerusakan Hepar Akibat Boraks Andika Yusuf Ramadhan; Khairunissa Berawi
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 2 No. 3 (2015): JURNAL AGROMEDICINE
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengguna bahan additive pada makanan masih sering dilakukan oleh penjual makanan baik berupa jajanan sekolah, jajanan pasar atau pedagang makanan di pasar. Tujuan penggunaannya pun berbeda-beda baik sebagai penguat rasa, pewarna makanan, serta mengawetkan makanan. Pedagang Jajanan Sekolah (PJAS) merupakan produsen yang paling banyak menggunakan bahan additive. Bahan additive yang paling banyak digunakan sendiri adalah formalin, borax, rhodamin B, methanyl yellow, dan benzoat. Pada kelompok makanan utama didapat 9,74% dari total keseluruhan sampel mengandung boraks. Boraks merupakan bahan additive yang penggunaannya terbatas pada pembersih ruangan, antimikroba ruangan dan lain lain. Uji toksikologi sendiri telah dilakukan untuk melihat efek samping dari terkonsumsinya boraks seperti nekrosisliver, acute kidney injury, gangguan neurologis, genotoxicity, nephrotoxicity dan gangguan fungsi testis. Tomat merupakan suatu jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hal tersebut terlihat dari terjadinya peningkatan konsumsi dan produksi tomat dari tahun 2012 hingga 2013. Tomat sendiri memiliki kandungan yang penting bagi tubuh manusia.Kandungan tersebut terdiri atas lycopen, flavonoid, lutein dan isoflavon. Senyawa-senyawa tersebut sudah terbukti memiliki efek antioksidan yang dapat bereaksi dengan hasil metabolisme senyawa boraks yaitu boron. Boron yang terakumulasi di dalam hati akan menyebabkan reaksi oksidatif dan meningkatkan jumlah radikal bebas di dalam tubuhkhususnya di hati. Senyawa likopen, flavonoid, lutein dan isoflavon berperan dengan mereduksi jumlah reactive oxygen species (ROS) yang ditimbulkan oleh metabolisme senyawa boron. [J Agromed Unila 2015; 2(3):284-289]Kata kunci: boraks, tomat, kerusakan hepar, xenobiotics, stress oksidatif
Dermatitis Kontak Iritan Et Causa Asam Salisilat Pada Lesi Post Herpes Zoster Thoracalis Sinistra Diana Mayasari; Andika Yusuf Ramadhan
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dermatitis kontak iritan merupakan penyakit yang cukup sering mengenai masyarakat ditandai dengan 80% kasus dermatitis di Indonesia merupakan dermatitis kontak iritan. Insidensi dermatitis kontak iritan akibat obat di Indonesia mencapai 7,3 setiap 10.000 orang. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan asam salisilat dengan konsentrasi >5%.Pajanan asam salisilat dengan konsentrasi >5% pada lesi patologi seperti herpes zoster dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan dengan efloresensi beragam dan lesi yang luas. Pria, 61 tahun datang ke poli penyakit kulit dan kelamin dengan keluhan sensasi panas dan nyeri serta timbul kemerahan pada kulit setelah penggunaan salep asam salisilat 12% pada lesi herpes zoster thoracalis sinistra. Sebelumnya pasien terdiagnosis herpes zoster dan sudah mengalami perbaikan, pasien lalu membeli dan menggunakan salep asam salisilat 12% dengan frekuensi 5 kali setiap hari selama 4 hari pada lesi herpes zoster. Efloresensi yang muncul setelah pajanan asam salisilat 12% berupa patches eritematosa, sebagian hiperpigmentasi dengan permukaan berskuama disertai dengan papul berdistribusi diskret berukuran lentikuler hingga numular berbentuk ireguler dengan batas tak tegas disertai dengan likenifikasi. Pasien didiagnosis dengan dermatitis kontak iritan et causa asam salisilat dan herpes zoster perbaikan. Terapi yang diberikan berupa menghentikan pajanan asam salisilat, pengobatan sistemik dan topikal. Pengobatan sistemik yang diberikan ceterizine 10 mg setiap 24 jam oral. Sedangkan pengobatan topikal yang diberikan berupa deoxymethasone cream serta chloramphenicol cream dioles setelah mandi 3 kali setiap hari.Kata kunci: asam salisilat, dermatitis kontak iritan, herpes zoster