Sexual harassment is a worrying phenomenon that causes long-term psychological impacts on victims, such as profound trauma, depression, and social isolation. Therefore, this study focuses on uncovering and describing the resilience experienced by survivors of sexual harassment, with the aim of understanding their subjective experiences and identifying factors supporting recovery. Using a qualitative method with a phenomenological approach, this study involved four female survivors as subjects. Data were collected through observation and in-depth interviews, then analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) to explore the meaning of their experiences. The results found that the victims experienced significant psychological impacts in the form of decreased self-esteem and a tendency to self-isolate, but they demonstrated a conscious effort to recover from adversity. It was concluded that this resilience process is supported by two main factors: internal factors in the form of emotional regulation abilities to manage trauma, and external factors in the form of strong social support from family and friends. Resilience in survivors is a dynamic process formed from the synergy between an individual's internal strengths and a supportive social environment. ABSTRAK Pelecehan seksual merupakan fenomena mengkhawatirkan yang menyebabkan dampak psikologis jangka panjang bagi korban, seperti trauma mendalam, depresi, dan isolasi sosial, sehingga memunculkan urgensi untuk memahami proses resiliensi mereka. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk mengungkap dan mendeskripsikan gambaran resiliensi yang dialami oleh para penyintas pelecehan seksual, dengan tujuan memahami pengalaman subjektif mereka dan mengidentifikasi faktor pendukung pemulihan. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, penelitian ini melibatkan empat orang perempuan penyintas sebagai subjek. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara mendalam, kemudian dianalisis menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) untuk menggali makna dari pengalaman mereka. Hasil penelitian menemukan bahwa para korban mengalami dampak psikologis signifikan berupa penurunan harga diri dan kecenderungan isolasi diri, namun mereka menunjukkan adanya upaya sadar untuk bangkit dari keterpurukan. Disimpulkan bahwa proses resiliensi ini didukung oleh dua faktor utama: faktor internal berupa kemampuan regulasi emosi untuk mengelola trauma, dan faktor eksternal berupa dukungan sosial yang kuat dari keluarga serta teman. Resiliensi pada penyintas merupakan sebuah proses dinamis yang terbentuk dari sinergi antara kekuatan internal individu dan lingkungan sosial yang suportif.