Irianti Rakasiwi Ningrum, Rizki
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

NEVUS LIPOMATOSUS SUPERFISIALIS MULTIPEL DENGAN KLINIS SERUPA FIBROMA MOLE Irianti Rakasiwi Ningrum, Rizki; Krisanti, Roro Inge Ade; Sirait, Sondang P; Sukmara, Isni Maulina; Zaneta, Nabila
Media Dermato-Venereologica Indonesiana Vol 52 No 3 (2025): Media Dermato Venereologica Indonesiana
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33820/mdvi.v52i3.512

Abstract

Pendahuluan: Nevus lipomatosus superfisialis merupakan lesi hamartoma kulit yang jarang ditemui, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Gambaran klinisnya dapat menyerupai tumor jinak lain, salah satunya adalah fibroma mole. Laporan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran klinisi terhadap variasi klinis nevus lipomatosus superfisialis. Kasus: Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang dengan keluhan benjolan bertangkai sewarna kulit multipel di punggung atas tanpa keluhan gatal maupun nyeri. Pemeriksaan dermoskopi didapatkan gambaran irreguler epidermal projections dengan yellowish structureless area pada penekanan. Pasien dilakukan pemeriksaan histopatologi dan didapatkan gambaran sesuai dengan nevus lipomatosus superfisialis. Diskusi: Laporan kasus ini menunjukkan kasus menyerupai fibroma mole secara klinis, namun pemeriksaan dermoskopi dan histopatologi memberikan petunjuk penting. Gambaran yellowish structureless area pada dermoskopi mengarah pada keberadaan adiposit dermis yang khas pada nevus lipomatosus superfisialis. Kesimpulan: Nevus lipomatosus superfisialis merupakan lesi hamartomatosa kulit yang jarang dan sering salah didiagnosis sebagai fibroma mole. Gambaran dermoskopi berupa area kuning tanpa struktur berkorelasi dengan adanya adiposit dermis, dan bila dikombinasikan dengan pemeriksaan histopatologi menjadi sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Kasus ini menekankan pentingnya menggabungkan temuan klinis dan pemeriksaan diagnostik untuk menghindari salah diagnosis.