Efisiensi operasional secara luas diakui sebagai ukuran penting dalam menilai kinerja dan daya saing suatu bank. Salah satu indikator yang paling umum digunakan untuk menilai efisiensi ini adalah rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, yang sering disebut sebagai BOPO. Nilai BOPO yang lebih rendah menunjukkan bahwa bank mampu mengelola biaya operasionalnya secara efektif dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh, sehingga mencerminkan efisiensi operasional yang lebih tinggi. Sebaliknya, rasio BOPO yang lebih tinggi menunjukkan adanya inefisiensi, di mana biaya lebih besar secara tidak proporsional dibandingkan dengan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara ukuran bank dan efisiensi operasional dalam sektor perbankan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, data dikumpulkan dari tujuh bank yang beroperasi di Indonesia selama periode 2018 hingga 2024, dengan total 49 observasi. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan regresi data panel dengan Fixed Effect Model untuk mengakomodasi heterogenitas yang tidak teramati antar bank.Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara ukuran bank dan rasio BOPO. Secara khusus, koefisien untuk ukuran bank adalah -25,54 dengan nilai p kurang dari 0,01, yang mengindikasikan signifikansi statistik yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa bank yang lebih besar cenderung memiliki rasio BOPO yang lebih rendah, yang pada gilirannya mencerminkan efisiensi operasional yang lebih tinggi. Dengan kata lain, seiring dengan bertambahnya ukuran bank, kemampuan mereka untuk mengendalikan biaya dan mengoptimalkan operasional menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan kinerja yang meningkat. Secara keseluruhan, temuan ini menegaskan pentingnya skala dalam meningkatkan efisiensi perbankan di Indonesia. Bank yang lebih besar tampak mampu memanfaatkan skala mereka untuk mencapai pengelolaan biaya yang lebih efektif, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keunggulan kompetitif mereka di pasar.