Pengelompokan data merupakan salah satu pendekatan penting dalam analisis data baik di bidang pertanian maupun lainnya, untuk menemukan sebuah pola tertentu yang bermanfaat dalam menentukan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja dari dua model klasterisasi yaitu Bisecting K-Means dan Hierarchical Clustering menggunakan data cabai rawit. Selain itu, data yang digunakan dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu data luas panen, produksi, dan produktivitas dari komoditas cabe rawit Indonesia berdasarkan data yang didapatkan dari situs Basis Data Statistik Pertanian (BDSP) tahun 2010–2024 dengan total 515 sampel data dari berbagai provinsi di Indonesia. Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah Klasterisasi atau Clustering yang merupakan salah satu bagian dari Unsupervised Learning. Untuk evaluasinya, dilakukan dengan menguji jumlah klaster mulai dari 2 hingga 10 menggunakan tiga nilai metrik yaitu Silhouette Score, Davies-Bouldin Index, dan waktu komputasi. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan model Bisecting K-Means menghasilkan Silhouette Score tertinggi sebesar 0,9258 dan Davies-Bouldin Index sebesar 0,9698 pada klaster ke-2, namun membutuhkan waktu komputasi 1,6022 detik. Sedangkan model Hierarchical Clustering, menghasilkan Silhouette score terbaik sebesar 0,9100 dan Davies-Bouldin Index sebesar 0,8714 pada klaster ke-3 dengan waktu komputasi yang lebih cepat (0,0265 detik) dibandingkan model Bisecting K-Means. Dengan demikian, model Hierarchical Clustering memiliki keunggulan dari sisi waktu komputasi yang sangat cepat, sementara model Bisecting K-Means cenderung menghasilkan klaster yang lebih terpisah secara struktur dengan nilai evaluasi yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, walaupun model Bisecting K-Means memiliki nilai evaluasi yang tinggi, namun model Hierarchical Clustering menunjukkan lebih sesuai digunakan dalam konteks analisis spasial dan pertanian berbasis data yang memerlukan hasil cepat dan akurat.