Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman kesehatan global yang terus meningkat, menyumbang 74% kematian di dunia dan berdampak pada produktivitas tenaga kerja, termasuk di Indonesia. Karyawan institusi kesehatan seperti Puskesmas memiliki risiko tinggi terhadap PTM akibat beban kerja dan gaya hidup, bahkan berisiko 1,5 kali lebih tinggi dibanding populasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hasil skrining kesehatan PTM dengan status kebugaran karyawan di Puskesmas Penjaringan. Menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional, penelitian ini melibatkan 91 dari 112 karyawan (ASN dan Non-ASN) yang telah menjalani skrining dan pengukuran kebugaran. Data sekunder tahun 2024 digunakan untuk analisis.Hasil menunjukkan bahwa status gizi berhubungan signifikan dengan kebugaran jasmani (p = 0,021), dengan individu bergizi tidak normal memiliki risiko 3,83 kali lebih besar mengalami kebugaran tidak baik. Sebanyak 88,5% karyawan dengan status gizi tidak normal terbukti memiliki kebugaran rendah. Interaksi antara jenis kelamin dan status gizi merupakan faktor paling signifikan yang memengaruhi kebugaran (p = 0,018; OR = 33,127), mengindikasikan pentingnya pendekatan berbasis gender. Sementara itu, tekanan darah dan gula darah sewaktu tidak menunjukkan hubungan signifikan terhadap kebugaran (p = 0,677 dan p = 1,000), serta usia dan status kepegawaian tidak terbukti sebagai confounder. Kesimpulannya, status gizi dan interaksi gender-gizi merupakan indikator utama kebugaran. Disarankan integrasi lintas program untuk skrining berkelanjutan, konseling, rujukan, dan pengembangan "rapor kesehatan karyawan" berbasis mobile.