Pengobatan inflamasi yang menggunakan obat sintetik kelompok obat antiinflamasi non steroid (NSAID) memberikan hasil yang cukup efektif. Salah satu obat NSAID adalah aspirin, namun di sisi lain penggunaan NSAID dapat memicu produksi oksidan reaktif yang dapat menyebabkan patologi seluler. Hal inilah yang menjadikan banyaknya penelitian terkait pencarian obat antiinflamasi dari bahan alam. Salah satu senyawa fitokimia yang berperan sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Flavonoid terdapat pada daun kelor. Metode ekstraksi yang dipilih dapat mempengaruhi kadar flavonoid yang tersari, sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan metode ekstraksi infundasi dan maserasi dalam menyari senyawa flavonoid pada daun kelor serta korelasinya terhadap aktivitas antiinflamasi yang dihasilkan. Analisis senyawa flavonoid secara kualitatif dilakukan menggunakan reagen Mg dan HCl. Analisis kuantitatif flavonoid dilakukan menggunakan persamaan regresi linier kuersetin (spektrofotometri UV Vis) dan dihitung sebagai % EQ. Metode pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan secara in vitro dengan metode stabilisasi membran Human Red Blood Cell (HRBC). Parameter yang dinilai adalah % stabilitas membran dan IC50. Hasil analisis flavonoid didapatkan metode ekstraksi infundasi maupun maserasi mampu menyari senyawa flavonoid. Kadar flavonoid total ekstrak etanol daun kelor lebih besar daripada ekstrak infusa daun kelor. Aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun kelor lebih besar dibandingkan dengan ekstrak infusa daun kelor dan sebanding dengan aspirin.