Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi psychological well-being (PWB) perempuan dewasa awal setelah mengalami perselingkuhan dalam hubungan pacaran, dengan mengacu pada enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1989). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi interpretatif. Partisipan berjumlah lima orang perempuan dewasa awal yang mengalami perselingkuhan dalam hubungan pacaran. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan panduan semi-terstruktur. Analisis data menggunakan thematic analysis berbasis teori (theory-driven). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa perselingkuhan berdampak pada dinamika psychological well-being partisipan secara kompleks. Pada dimensi self-acceptance, partisipan mengalami perasaan tidak berharga dan keterasingan terhadap apresiasi. Pada dimensi positive relations with others, partisipan menunjukkan kehilangan kepercayaan terhadap orang lain serta kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial. Pada dimensi autonomy, partisipan mulai menyadari pentingnya menjaga batas diri dan mengambil keputusan secara mandiri. Dalam dimensi environmental mastery, partisipan mengambil alih kendali hidup pasca trauma, termasuk menyusun ulang prioritas dan rutinitas harian. Pada dimensi purpose in life, partisipan mengalami kehilangan arah dan makna hidup setelah perselingkuhan, sebelum kemudian menemukan kembali orientasi hidup yang baru. Sementara itu, pada dimensi personal growth, partisipan mengalami perubahan cara berpikir terhadap hubungan dan batas diri. Temuan ini memperlihatkan bahwa pengalaman perselingkuhan membawa dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis perempuan dewasa awal, namun juga mendorong terjadinya proses penataan ulang kehidupan yang lebih selaras dengan kebutuhan pribadi. Abstract This study aims to describe the psychological well-being (PWB) conditions of early adult women after experiencing infidelity in romantic relationships, referring to the six dimensions of well-being proposed by Ryff (1989). This research used a qualitative approach with an interpretative phenomenological method. The participants consisted of five early adult women who had experienced infidelity during dating relationships. Data were collected through in-depth interviews using a semi-structured guide, and the data analysis employed theory-driven thematic analysis. The findings reveal that infidelity leads to complex dynamics in the participants' psychological well-being. In the self-acceptance dimension, participants experienced feelings of worthlessness and alienation from appreciation. In the positive relations with others dimension, participants showed a loss of trust in others and a tendency to withdraw from social interactions. The autonomy dimension was reflected in participants' awareness of the need to set personal boundaries and make independent decisions. In the environmental mastery dimension, participants took control of their lives post-trauma, including restructuring their priorities and daily routines. Regarding purpose in life, participants initially lost their sense of direction and life meaning after infidelity, before gradually finding new life orientations. Meanwhile, in the personal growth dimension, participants showed a shift in their perspective on relationships and personal boundaries. These findings indicate that infidelity has a significant impact on the psychological well-being of early adult women but can also trigger a process of restructuring life in alignment with personal needs.