Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penanganan Anestesi pada Cedera Otak Traumatik Lalenoh, Diana Christine; Sudjito, M. H; Suryono, Bambang
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.666 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol1i2.92

Abstract

Cedera otak traumatik (COT) atau Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan masalah besar di dunia karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Di Amerika setiap tahun cedera kepala terjadi pada 600.000 orang. Di Jerman sekitar 17,6% dari seluruh kasus trauma adalah cedera otak traumatik dan paling sering menyebabkan kematian (26%). Dilaporkan penanganan anestesi pada seorang pasien laki-laki 19 tahun, dengan berat badan 65 kg dengan diagnosa adanya epidural hematoma (EDH), ICH regio frontotemporalis sinistra, ICH regio temporalis dekstra, dan fraktur linear os temporal sinistra. Dilakukan kraniniotomi untuk pengambilan bekuan darah.Tekanan darah saat masuk kamar operasi 110/70 mmHg, laju nadi 98 kali /menit, laju napas 24 kali /menit, suhu badan 37,50 C, dan GCS E1V3M5. Pasien diinduksi dengan Fentanyl 100 ?g, Propofol 100 mg, fasilitas intubasi dengan Rocuronium 40 mg, Lidokain 70 mg, dan pemeliharaan dengan Isofluran dan Oksigen serta Propofol kontinyu, dan penambahan fentanyl dan rokuronium intermiten. Operasi berlangsung selama empat jam, kemudian dipindahkan ke ICU. Setelah dirawat selama 2 hari di ICU, pasien kemudian dipindahkan ke ruangan dengan GCS pasca operasi E3V5M6. Pengelolaan anestesi untuk perdarahan otak karena cedera otak traumatik membutuhkan suatu pengertian mengenai patofisiologi dari peningkatan tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak. Resusitasi otak perioperatif secara farmakologik dan non-farmakologik adalah sangat penting untuk mencegah terjadinya cedera otak sekunder.Anesthesia Management in Traumatic Brain InjuryTraumatic Brain Injury (TBI) is a big problem in the world because of high mortality and morbidity. TBI burdens approximately 600,000 people every year in USA. Head injuries are found in 17.6% of all trauma in-patients and are the most common cause of death after injury (26.6%) in German. Here we report anesthetic management in male, 19 yrs old, 65 kgs body wieght, diagnose was Epidural Haematome (EDH), left frontotemporal intracranial haemorrhage (ICH), right temporal ICH, and linear fracture of left temporal bone. He was undergoing craniotomy procedure to evacuate blood clot. Blood pressure was 110/70 mmHg, HR 98 x / m, RR 24 x /m ,core temperature 37,50 C. GCS E1 V3 M5. Induction of anesthesia was with Fentanyl 100 ?g, Propofol 100 mg. Intubation with Rocuronium 40 mg, Lidocaine 70 mg, and maintenance with Isofluran and oxygen with intermittent Propofol, Fentanyl, and Rocuronium. After undergoing 4 hours anesthesia for craniotomy was ended, patient transfer to ICU. After 2 days patient was transfer to ward with GCS score E3V5M6. Anesthesia managementi in intracranial bleeding ec TBI is very important for understand intracranial hypertension pathophysiology, cerebral perfusion pressure. Basic brain rescucitation perioperatively with pharmacological and non pharmacological strategies is very important in TBI to prevent secondary brain injury.
Pengelolaan Anestesi pada Perdarahan Intrakranial Akibat Stroke Hemoragik Lalenoh, Diana Christine; Bisri, Tatang
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 1, No 4 (2012)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.83 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol1i4.182

Abstract

Perdarahan Intraserebral /Intra cerebral haemorrhage (ICH) terjadi pada sekitar 20 orang dalam 100.000 populasi per tahunnya. Tipikal pasien stroke hemoragik adalah sepuluh tahun lebih muda dari pasien stroke iskemik. Mayoritas lokasi perdarahan ICH adalah subkortikal dan lebih 50% dari perdarahan intraserebral spontan terjadi dalam ganglia basalis. Populasi yang beresiko tinggi adalah pria, usia lanjut, serta ras Afrika, Amerika, dan Asia. Stroke merupakan satu diantara sekian banyak situasi klinik yang memerlukan proteksi sistem saraf optimal. Obat-obatan seperti Barbiturat, Etomidat, Propofol, Isofluran, Metilprednisolon, Tirilazad mesylat, Nimodipin, Nikardipin, dan Mannitol sering digunakan untuk proteksi jaringan saraf. Pada laporan kasus ini dilaporkan keberhasilan penanganan anestesi pada penderita pria, 41 tahun, berat badan 60 kg, dengan diagnosis Perdarahan Intrakranial/ICH parietal kiri dengan edema ec stroke hemoragik. Pasien menjalani tindakan kraniotomi untuk evakuasi bekuan darah yang durante operasi ditemukan pada percabangan arteri serebri media kiri (arteri Talamostriata). Tekanan darah awal saat masuk kamar operasi adalah 214/142 mmHg, laju nadi 92 kali/menit, laju napas 28 kali/menit, suhu 360C. Glasgow Coma Scale / GCS E1 V1 M4. Sesudah tiga setengah jam operasi selesai dan pasien ditransfer ke Intensive Care Unit / ICU. Sesudah enam hari pasien dipindahkan ke ruangan. Penanganan anestesi untuk perdarahan intrakranial karena stroke hemoragik adalah sangat penting untuk menerapkan prinsip dasar neuroproteksi baik secara farmakologik maupun non farmakologik, di samping penanganan untuk hipertensi emergensi.Anesthesia Management in Intracranial Haemorrhagic Because of Haemorrhagic Stroke Intra cerebral haemorrhage (ICH) burdens approximately 20 in 100,000 people every year. The typical hemorrhagic stroke patient is ten years younger than the ischemic stroke patient. Most ICH bleeds are subcortical and over 50% of spontaneous intracerebral hemorrhages occur in the basal ganglia. Populations at greatest risk include men, the elderly and African American, and Asian. Stroke is one of among clinical situations where protecting the central nervous system is a priority. Drugs such as barbiturates, etomidate, propofol, isoflurane, methylprednisolone, tirilazad mesylate, nimodipine, nicardipine, and mannitol are used for protecting the nervous tissue. Here we report successful anesthetic management in male, 41 yrs old, 60 kgs body weight, diagnose was left parietal Intra Cranial Haemorrhage (ICH) with oedema ec Haemorrhage stroke. Undergoing Craniotomy procedure to evacuate blood clot in left median cerebral artery (Thalamo Striata artery). Blood pressure was 214 / 142 mmHg, HR 92 x / m, RR 28 x /m ,core temperature 360 C. GCS E1 V1 M4. After undergoing 3 hours and 30 minutes anesthesia for craniotomy was ended, patient transfer to ICU. After 6 days patient was transfer to ward. Anesthesia managementi in Intracranial Bleeding ec Haemorrhagic Stroke is very important for basic brain rescucitation perioperatively with pharmacological and non pharmacological strategies, besides principle management of hypertensive emergencies.
Anestesia untuk Kraniotomi Tumor Supratentorial Lalenoh, Diana Christine; Lalenoh, Hermanus; Rehatta, Nancy Margareta
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.674 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol1i1.80

Abstract

Tumor supratentorial tersering pada orang dewasa adalah glioma (36%), meningioma (32.1%), dan adenoma pituitary (8.4%). Sekitar separuh dari tumor tersebut adalah ganas. Mayoritas tumor tumor tersebut (80%) adalah supratentorial. Untuk seluruh tumor primer, rata-rata usia terdeteksi adanya tumor otak adalah 57 tahun. Angka pasti insidens metastase tumor otak tidak diketahui namun diperkirakan cukup rendah. Dari sekitar 25% pasien yang meninggal karena kanker, ditemukan adanya metastase dari tumor sistem saraf pusat (SSP) pada otopsi. Ada lima sumber keganasan yang sering metastase ke otak yaitu kanker payudara, kanker kolorektal, kanker paru, dan melanoma. Enam persen dari pasien dengan komplikasi tersebut muncul dalam 1 tahun setelah terdeteksi adanya tumor primer. Lima jenis kanker tersebut yang sering menyebabkan metastase otak pada sekitar 37.000 kasus di Amerika Serikat. Jurnal Neuroanestesia Indonesia 17 Dilaporkan keberhasilan penanganan anestesi pada seorang pasien, wanita 56 tahun, dengan berat badan 65 kg. Pasien tersebut didiagnosis sebagai Space Occupaying Lession (SOL) kanan DD/Meningioma. Pasien dilakukan operasi kraniotomi untuk pengeluaran tumor. Tekanan darah saat masuk kamar operasi 176/100 mmHg, laju nadi 98 kali / menit, laju napas 20 kali / menit, suhu badan 370 C, dan GCS E4V5M6. Pasien diinduksi dengan Fentanyl 100 ?g, Propofol 100 mg, fasilitas intubasi dengan Rocuronium 40 mg, Lidokain 70 mg, dan pemeliharaan dengan Sevofluran dan Oksigen serta Propofol kontinyu, dan penambahan fentanyl dan rokuronium intermiten. Infus terpasang dua jalur. Operasi berlangsung selama tujuh jam dua puluh menit. Dengan terpasang nasal kanul dan oksigen 3 liter/menit, pasien dipindahkan ke ICU. Pasien dirawat selama satu hari di ICU, kemudian dipindahkan ke ruangan. Setelah lima hari pasien dirawat di ruangan kemudian pasien dipulangkan dan rawat jalan dengan dokter bedah saraf. Anestesi untuk tumor supratentorial membutuhkan suatu pengertian mengenai patofisiologi dari penekanan tekanan intrakranial (TIK) lokal maupun secara keseluruhan; pengaturan dan pemeliharaan perfusi intraserebral; bagaimana menghindari akibat pengaruh sekunder dari sistemik terhadap otak. Persiapan perioperatif yang cermat dan terstruktur sangat penting pada penanganan anestesi untuk tumor supratentorial, yang meliputi persiapan pasien preoperasi, persiapan kelengkapan obat, alat, dan monitoring, serta perencanaan pelaksanaan anestesi sampai dengan pananganan pasca operasi.Anesthesia For Craniotomy Supratentorial TumorThe common supratentorial tumors in adults are glioma (36%), meningioma (32.1%), and adenoma pituitary (8.4%). Approximately half of these tumors are malignant. The majority of them ( 80%) are supratentorial. For the entire primary tumor, the average age when a brain tumor was detected is 57 years old. The exact number of metastatic brain tumor incidence is unknown, but it is assumed quite low. The existence of metastatic tumor of the central nervous system (SSP) is found at the autopsy of around 25% of patients who died of cancer. There are five sources of malignancy which often cause metastasis to the brain, namely breast cancer, colorectal cancer, lung cancer, and melanoma. In six percent of patients, these complications appeared within a year after the primary tumor is detected. These five cancers frequently cause the brain metastases in approximately 37.000 cases in the United States. It is reported the successful handling of anesthesia on a woman 56 years old, weighing 65 kg. This patient was diagnosed with Space Occupying Lession (SOL) right DD / Meningioma. Craniotomy surgery was performed for tumor expenditure. At the time she entered the operating room, her blood pressure was 176/100 mmHg, pulse rate beats / minute, respiratory rate 20 times / minute, body temperature of 37o C, and GCS E4V5M6. She was induced with Fentanyl 100 mg, 100 mg Propofol; intubation facilities are Rocuronium 40 mg, Lidocaine 70 mg, maintenance with Inhalan Sevoflurane and Oxygen, along with continuous Propofol, the addition of Fentanyl and intermittent Rocuronium. Infusion was attached in two pathways.The surgery lasted seven hours and twenty minutes. With nasal cannula and oxygen 3 liters / minute attached, the patient was transferred to ICU. She was treated for one day in ICU, before moved into a ward. After stay in the ward for five days, she was discharged and became an outpatient of neurosurgeon. Anesthesia for supratentorial tumor requires an understanding of pathophysiology of intracranial pressure (ICP) suppression locally and entirely; setting up and maintenance of intracerebral perfusion; how to avoid secondary effects of a systemic effect on the brain. Accurate and structured perioperative preparation is critical for handling of anesthesia for supratentorial tumors, which includes the preparation of the patient pre-surgery, completeness preparation of drugs, devices, and monitoring, as well as planning the implementation of the anesthesia until post-surgery tendance.