Penelitian ini bertujuan untuk melakukan needs assessment (penilaian kebutuhan) guna mengidentifikasi kesenjangan dan peluang dalam kurikulum PAI saat ini, memastikan relevansi dan keefektifannya bagi pelajar masa kini. Dengan menggunakan pendekatan mixed-methods, penelitian ini menggabungkan survei kuantitatif terhadap 200 siswa dari tiga SMP/MTs di Kabupaten Probolinggo dengan wawancara kualitatif terhadap 10 guru PAI dan pengembang kurikulum. Data kuantitatif berfokus pada persepsi siswa terhadap konten kurikulum, metode pengajaran, dan integrasi teknologi, sedangkan data kualitatif mengeksplorasi tantangan yang dihadapi pendidik serta strategi inovatif dalam menyampaikan materi PAI. Temuan penelitian mengungkap adanya kesenjangan signifikan antara struktur kurikulum tradisional dan preferensi belajar siswa Generasi Z. Lebih dari 70% responden mengungkapkan keinginan untuk lebih banyak alat pembelajaran berbasis teknologi dan interaktif, seperti kuis bergamifikasi, diskusi berbasis video, dan platform konten Islam digital. Selain itu, siswa menekankan pentingnya materi PAI yang membahas dilema etika kontemporer, seperti penggunaan media sosial, etika lingkungan dalam Islam, dan toleransi antarumat beragama—topik yang sering kali kurang terwakili dalam silabus saat ini. Sementara itu, guru mengidentifikasi tantangan dalam menyeimbangkan kedalaman doktrin agama dengan inovasi pedagogis, termasuk keterbatasan pelatihan dalam penggunaan alat digital dan kurangnya panduan standar untuk memodernisasi kurikulum PAI. Penelitian ini mengusulkan kerangka kerja pengembangan kurikulum PAI yang mengintegrasikan empat dimensi kunci: (1) Integrasi Digital, mencakup modul e-learning dan sumber daya multimedia, (2) Relevansi Kontekstual, menghubungkan ajaran Islam dengan isu-isu dunia nyata seperti cyberethics dan kesehatan mental, (3) Pembelajaran Berpusat pada Siswa, menekankan project-based learning dan diskusi antar-teman sebaya, (4) Peningkatan Kapasitas Guru, melalui pelatihan tentang pengajaran berbasis teknologi dan desain kurikulum. Rekomendasi ini sejalan dengan Kebijakan Merdeka Belajar Indonesia, yang menganjurkan pendidikan fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Penelitian ini berkontribusi pada wacana reformasi pendidikan Islam dengan menyediakan bukti empiris tentang kebutuhan belajar Generasi Z serta menawarkan strategi yang dapat diimplementasikan untuk revitalisasi kurikulum. Temuan ini menegaskan urgensi untuk mengarahkan ulang kurikulum PAI guna memupuk literasi agama sekaligus keterampilan abad ke-21, memastikan bahwa pendidikan Islam tetap menjadi kekuatan transformatif dalam kehidupan siswa. Penelitian lanjutan dapat memperluas cakupan geografis dan mengeksplorasi dampak jangka panjang perubahan kurikulum terhadap hasil belajar siswa.