Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kerajaan Allah sebagai Landasan Teologi Moderasi Beragama di Indonesia Silitonga, Ewen Josua; Saragih, Janhotner
Attractive : Innovative Education Journal Vol. 6 No. 2 (2024): Attractive : Innovative Education Journal
Publisher : CV. Creative Tugu Pena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51278/aj.v6i2.1134

Abstract

Indonesia is a nation that is multi in terms of culture, religion and very pluralistic because Indonesia is an archipelago, on the one hand diversity is the wealth of the nation but on the other hand diversity has the potential to become disentegration, intolerance and radicalism that damage the unity of the nation's children and inter-religious life. The fact of diversity that is misinterpreted will lead to the phenomenon of religious devaluation, and in Indonesia religious devaluation is the main indicator not of secularisation but of religious politicisation. This destructive situation should not be left unchecked and must be addressed by every religion theologically, especially Christianity, which is to spawn, hatch an attitude of religious moderation in Indonesian society. By the paradigm of moderation, the competition of religions is not a matter of doctrinal differences but a competition of what religions contribute to the values of life and humanity. The author sees that the teachings of the Kingdom of God need to be reconstructed as the foundation of religious moderation, because today the values of the teachings of the Kingdom of God have been narrowed only for private interests even though the true values of the Kingdom of God are public and universal. Keywords: Kingdom of God, Religious Moderation, Christianity
Upaya Etis Teologis Terhadap Krisis Lingkungan Hidup Silitonga, Ewen Josua; Panjaitan, Jupenri Marihot; Pardede, Rajainal
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.10661

Abstract

Dewasa ini dunia mengalami banyak fenomena alam yang sifatnya destruktif melalui bencana alam baik tanah longsor, banjir, gempa bumi dan lainnya; yang keseluruhannya banyak menelan korban jiwa. Berdasarkan hasil penelitian bencana-bencana alam itu terjadi akibat terjadinya kerusakan lingkungan hidup, yang umumnya akibat tindakan atau perilaku manusia yang memperlakukan alam secara tidak etis. Faktor-faktor kerusakan lingkungan hidup itu melibatkan faktor non-teologis dan faktor teologis, maka hal itu juga perlu diluruskan untuk memberikan pemaknaan yang benar atas tuduhan kaum ekolog sekular yang menuduh agama secara khusus kekristen yang memiliki andil doktrinal merusak alam. Rusaknya alam atau lingkungan hidup tentu akan memberikan dampak deskturktif atas kehidupan manusia baik secara sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu adanya kajian secara etis teologis untuk dijadikan sebagai dasar etika untuk menanggulangi krisis lingkungan hidup.
The Church and the Kingdom of God in Marthin Luther's Two Kingdoms Teaching Nadeak, Ika Sulastri; Silitonga, Maston; Tampubolon, Roni; Tambunan, Christianto C. W.; Silitonga, Ewen Josua
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.11042

Abstract

Dari gereja abad pertengahan hingga gereja saat ini, sering kali terjadi kesalahpahaman tentang hubungan antara gereja dan kerajaan Allah. Seringkali gereja bertindak atas kepentingannya sendiri dan mengabaikan wawasan kerajaan Allah yang menjadi inti khotbah dan pengajaran Yesus Kristus. Gereja diidentikkan dengan kerajaan Allah dan tidak jarang gereja diartikan lebih unggul dari kerajaan Allah seolah-olah kerajaan Allah berpusat pada gereja, bukan gereja yang berpusat pada kerajaan Allah. Tuhan. Bagaimana Kerajaan Allah dimaknai secara dangkal atau dimaknai terlalu luas sehingga melampaui batas-batas Alkitab, akibatnya terjadi penumpukan kekuasaan di dalam gereja melalui pejabat gereja (pendeta), gereja menjadi penguasa rohani dan rohani. wilayah sekuler, gereja dijadikan tolok ukur keselamatan yang mutlak, alhasil eksistensi surgawi gereja semakin tergerus karena gereja semakin sekuler, terlihat betapa rentannya misi penginjilan yang dilakukan oleh negara-negara barat ke Asia. praktik kolonialisasi dan mendiskreditkan kearifan lokal nusantara. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk mengkaji gereja dan kerajaan Allah dalam ajaran dua kerajaan Martin Luther.