Penelitian ini membahas dinamika persepsi masyarakat terhadap gender dan fenomena detransisi pada norma sosial di Indonesia. Gender dipahami bukan sekadar perbedaan biologis, melainkan konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh nilai, budaya, dan agama. Perkembangan wacana identitas transgender memperlihatkan adanya tantangan berupa stigma, diskriminasi, serta keterbatasan akses terhadap pengakuan hukum dan layanan kesehatan. Fenomena detransisi, yakni kembalinya individu ke identitas gender semula setelah melakukan transisi, menjadi isu yang semakin kompleks karena kerap dipahami secara keliru sebagai penolakan terhadap identitas diri, padahal sebagian besar terjadi akibat tekanan eksternal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat masih didominasi norma tradisional yang menekankan peran gender kaku, meskipun terdapat pergeseran pandangan yang lebih inklusif di kalangan generasi muda dan kelompok berpendidikan tinggi. Dampak psikologis yang dialami meliputi rasa bersalah, depresi, dan isolasi sosial, sementara strategi pengakuan identitas dilakukan melalui adaptasi, negosiasi, maupun resistensi di ruang privat maupun publik, termasuk media digital. Penelitian ini menegaskan bahwa fenomena detransisi merefleksikan ketegangan antara norma sosial konservatif dan perjuangan individu untuk diakui. Implikasinya adalah perlunya pendidikan publik, kebijakan inklusif, layanan kesehatan yang responsif, serta perubahan narasi media untuk membangun wacana gender yang lebih adil dan humanis di Indonesia.