Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peran Pendidikan Karakter dalam Mencegah Krisis Moral Generasi Z pada Era Disrupsi Digital Dirgantara, Tarsa
Jendela Pendidikan : Jurnal Ilmiah Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 14 No 2 (2024): Jendela Pendidikan
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jp.v14i2.3160

Abstract

Era disrupsi digital membawa tantangan serius terhadap moralitas generasi Z yang rentan terpapar perilaku menyimpang di ruang maya, seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan perundungan siber. Kondisi ini menegaskan pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya preventif dalam menjaga integritas generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pendidikan karakter dalam mencegah krisis moral generasi Z dengan menekankan relevansi nilai karakter di lingkungan digital. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan studi kasus di Kota Cirebon, melibatkan 30 siswa, 5 guru, dan 2 konselor yang dipilih melalui purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan model interaktif Miles, Huberman, & SaldaƱa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76% siswa menilai pendidikan karakter efektif mengurangi perilaku menyimpang digital, 71% menyatakan pendidikan karakter menumbuhkan empati, 68% menyebut peningkatan etika komunikasi daring, dan 63% menilai relevansi materi pendidikan karakter digital masih cukup tinggi. Temuan ini mengindikasikan bahwa pendidikan karakter berperan signifikan dalam membentuk moral generasi Z, namun perlu diadaptasi lebih kontekstual dengan realitas digital. Diskusi penelitian menegaskan pentingnya integrasi pendidikan karakter dengan literasi digital, pembelajaran berbasis proyek, dan konseling individual untuk memperkuat moral knowing, moral feeling, dan moral action. Implikasi praktisnya adalah perlunya kolaborasi antara sekolah, konselor, dan keluarga dalam membangun strategi pendidikan karakter yang adaptif terhadap ekosistem digital.
Generative Artificial Intelligence and National Sovereignty: Indonesia's Position in a Fragmented Digital Economy Dirgantara, Tarsa
Enrichment: Journal of Multidisciplinary Research and Development Vol. 1 No. 11 (2024): Enrichment: Journal of Multidisciplinary Research and Development
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/enrichment.v1i11.525

Abstract

Generative artificial intelligence (Generative AI) is one of the most disruptive technologies in the global digital economy. Its presence not only brings opportunities for innovation, but also poses geopolitical challenges, especially in the context of the fragmentation of the global digital economy known as the splinternet. Indonesia, with the largest digital economy potential in Southeast Asia, risks becoming a passive consumer of foreign technology that can weaken national sovereignty. This study aims to analyze the implications of global digital economy fragmentation on Indonesia's national sovereignty, evaluate the role of generative AI in supporting or weakening this sovereignty, and formulate policy strategies that can strengthen Indonesia's position in international digital economy governance. The research uses a descriptive qualitative approach with normative-empirical analysis. Data was obtained through literature studies, analysis of policy documents, and in-depth interviews with regulators, industry players, and academics. The data analysis technique was carried out by thematic analysis and content analysis of international documents and national regulations related to AI. The results of the study show that global digital fragmentation puts Indonesia in a vulnerable position as a technology adopter, with the risk of dependence on foreign platforms. This dependence has an impact on weakening data sovereignty, reduced regulatory independence, and increasing national security vulnerabilities. However, there are opportunities through three main strategies: strengthening national regulations, developing local innovations based on Indonesian data, and digital diplomacy in international forums.