Ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum untuk kebutuhan tepung terigu menimbulkan kerentanan pangan nasional akibat fluktuasi harga global dan keterbatasan pasokan. Padahal, Indonesia memiliki potensi lokal seperti singkong yang melimpah dan dapat diolah menjadi pangan alternatif bernilai tinggi. Kondisi ini mendorong perlunya inovasi pengolahan singkong sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan kemandirian pangan desa. Kegiatan ini bertujuan mengembangkan inovasi produk Kassava Nugget (KasNu) sebagai substitusi pangan berbasis tepung terigu. Selain itu, pengabdian ini dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan UMKM lokal agar mampu mengolah singkong menjadi produk pangan bernilai ekonomi tinggi serta mendukung kedaulatan pangan lokal. Metode yang digunakan ialah pendekatan Assed-Bassed Community Development (ABCD) yang menekankan pada identifikasi, pemetaan, dan pemanfaatan aset atau potensi yang dimiliki masyarakat sebagai dasar pengembangan soulusi berkelanjutan. Tahapan meliputi pelatihan pengolahan singkong, penilaian aspek sensori (rasa, tekstur), serta analisis ketersediaan bahan baku dan potensi komersialisasi. Pendekatan partisipatif diterapkan untuk memastikan transfer pengetahuan dan keberlanjutan usaha masyarakat. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa KasNu diterima baik oleh masyarakat dari segi cita rasa dan tekstur. Produk ini membuka peluang usaha baru bagi UMKM, meningkatkan nilai tambah singkong lokal, serta mendukung kemandirian pangan desa. Secara strategis, pengembangan KasNu berkontribusi pada penguatan ekonomi lokal dan pengurangan ketergantungan terhadap impor gandum.