Introduction: Preeclampsia and eclampsia in adolescent pregnancy is closely related, especially in low-middle income countries. It becomes a public health issue not only in the present but also in the future due to potential complications and as a reflection of the social conditions of a country. This case aims to highlight adolescence eclampsia and current sociocultural and economic problem in Indonesia.Case Report: A 15-year-old, 9-months primigravida (G1P0A0), was referred to our center due to eclamptic seizure. Blood pressure was 160/110 mmHg and cervical dilation is 4 cm with adequate pelvic diameter. After 4 hours, cervical dilation progressed to 6 cm but followed by infrequent fetal heartbeat and CTG reveals category III with late deceleration. Emergency C-section was performed and patient admitted to ICU for 5 days afterwards. However, she was deteriorated and passed away.Conclusion: In addition to physiological immaturity, adolescence pregnancies often face sociocultural problems that lead to higher rates of hypertensive disorders of pregnancy in this population. Early recognition and knowledge of risk factors for preeclampsia are essential for good management, and a faster referral system will reduce maternal mortality.Eklamsia pada Remaja dan Kematian Ibu dalam Masalah Sosial Budaya di Indonesia: Sebuah Laporan KasusAbstrakPendahuluan: Preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan remaja sangat erat kaitannya, terutama di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di masa sekarang, tetapi juga di masa depan karena potensi komplikasi dan sebagai cerminan kondisi sosial suatu negara. Laporan kasus ini bertujuan untuk menyoroti eklamsia pada remaja dalam kaitannya dengan masalah sosial budaya dan ekonomi saat ini di Indonesia.Laporan Kasus: Seorang perempuan berusia 15 tahun, primigravida 9 bulan (G1P0A0), dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung karena kejang eklamsia. Tekanan darah 160/110 mmHg dan dilatasi serviks 4cm degan diameter panggul yang memadai. Setelah 4 jam, dilatasi serviks berkembang menjadi 6cm, etapi diikuti oleh detak jantung janin yang jarang dan CTG menunjukkan kategori III dengan deselerasi lambat. Operasi caesar darurat dilakukan dan pasien dirawat di ICU selama 5 hari. Namun, keadaan pasien memburuk dan meninggal dunia. Kesimpulan: Selain imaturitas fisiologis, kehamilan remaja sering menghadapi masalah sosiokultural yang menyebabkan tingginya angka hipertensi kehamilan pada populasi ini. Pengenalan dini dan pengetahuan tentang faktor risiko preeklamsia sangat penting untuk manajemen yang baik, dan sistem rujukan yang lebih cepat akan mengurangi angka kematian ibu.Kata kunci: eklampsia, kehamilan remaja, kematian ibu, masalah sosiokultural