Natural disasters such as the volcanic eruption in 2010 resulted in many victims and damage to existing infrastructure, leaving a significant psychological imprint on people's lives. In particular, people on the slopes of Mount Merapi in late adulthood generally begin to experience a decline in their psychological and physical condition. This research will examine the description of the psychological preparedness of late adults in facing the Merapi eruption disaster. This research uses a qualitative phenomenological approach, the technique used is snowball sampling by interviewing people aged 40-60 years, residing in the KRB III area, who have experience of the 2010 Merapi disaster. The results of this research show that psychological preparedness in late adulthood can help individuals to think clearly and rationally in disaster situations and there are factors that encourage psychological preparedness in late adulthood. ABSTRAKPeristiwa bencana alam seperti letusan gunung api tahun 2010 mengakibatkan banyaknya korban dan kerusakan infrastruktur yang ada, sehingga meninggalkan jejak psikologis yang signifikan dalam kehidupan. Khususnya masyarakat lereng Gunung Merapi di usia dewasa akhir yang umumnya mulai dihinggapi penurunan kondisi psikis dan fisik. Penelitian ini akan mengkaji mengenai gambaran kesiapsiagaan psikologis dewasa akhir dalam menghadapi bencana erupsi Merapi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologi, teknik yang digunakan snowball sampling dengan mewawancarai masyarakat berumur 40-60 tahun, berada di daerah KRB III, memiliki pengalaman bencana Merapi 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapsiagaan psikologis dewasa akhir dapat membantu individu berpikir secara rasional dan jernih dalam situasi bencana dan terdapat faktor-faktor yang mendorong kesiapsiagaan psikologis dewasa akhir.