This study aims to examine the role of the Dayak Ngaju language in preserving ecological and spiritual values through key concepts such as handep (cooperation), hinting pali (traditional prohibitions), and sangiang (sacred spirits). This study uses an ecolinguistic approach to explore the relationship between language, ecology, and spirituality in the Dayak Ngaju culture. The method employed is literature review, collecting and analyzing 25 sources (including scholarly articles, books, and cultural documents). The literature selection process was carried out using the Google Scholar and JSTOR databases, with keywords "ecolinguistics," "Dayak Ngaju," "ecological values," "spiritual rituals," and "language revitalization." The inclusion criteria covered articles published between 2013 and 2023 and those relevant to the themes of ecology and spirituality. From the analysis, more than 12 ecological and spiritual terms were identified within the Dayak Ngaju cultural lexicon. This study also discusses 5 examples of ritual formulas that illustrate the role of language as a medium for imparting values of environmental preservation and harmonious relationships between humans and ancestral spirits. The findings indicate that the Dayak Ngaju language serves as a tool for cultural and environmental conservation, with the unique contribution of the 3L model (Lexicon–Liturgy–Local norms) to understand the integration of ecology, spirituality, and cultural norms within indigenous communities. This research provides a new perspective in ecolinguistic studies and contributes to the development of community-based language revitalization strategies aimed at environmental conservation. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran bahasa Dayak Ngaju dalam melestarikan nilai ekologis dan spiritual melalui konsep-konsep kunci seperti handep (kerja sama), hinting pali (pantangan adat), dan sangiang (roh suci). Dalam kajian ini, pendekatan ekolinguistik digunakan untuk meneliti hubungan antara bahasa, ekologi, dan spiritualitas dalam budaya Dayak Ngaju. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan mengumpulkan dan menganalisis 25 sumber (termasuk artikel ilmiah, buku, dan dokumen adat). Proses seleksi literatur dilakukan dengan menggunakan database Google Scholar dan JSTOR, dengan kata kunci “ekolinguistik,” “Dayak Ngaju,” “nilai ekologis,” “ritual spiritual,” serta “revitalisasi bahasa daerah.” Kriteria inklusi mencakup artikel yang diterbitkan dalam rentang waktu 2013–2023 dan relevansi dengan tema ekologi serta spiritualitas. Dari hasil analisis, ditemukan lebih dari 12 istilah ekologis dan spiritual yang diidentifikasi dalam kosa kata adat Dayak Ngaju. Penelitian ini juga membahas 5 contoh formula ritual yang menunjukkan peran bahasa sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai pelestarian alam dan hubungan harmonis antara manusia dengan roh leluhur. Temuan ini menunjukkan bahwa bahasa Dayak Ngaju berfungsi sebagai alat konservasi budaya dan lingkungan, dengan kontribusi unik berupa model 3L (Lexicon–Liturgy–Local norms) untuk memahami integrasi antara ekologi, spiritualitas, dan norma budaya dalam masyarakat adat. Penelitian ini menawarkan perspektif baru dalam kajian ekolinguistik dan memberikan sumbangan terhadap pengembangan strategi revitalisasi bahasa daerah yang berbasis pada nilai-nilai lokal dalam rangka pelestarian lingkungan.