Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

REVITALISASI MAKNA SIMBOLIK LAMIANG TURUS PELEK DALAM PERNIKAHAN ADAT DAYAK NGAJU PADA KAJIAN PUSTAKA BERBASIS ANTROPOLOGI SIMBOLIK Ruliyani, Ruliyani; Iswatiningsih, Daroe
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i3.6428

Abstract

Lamiang Turus Pelek, a red stone bead included in the Dayak Ngaju traditional dowry, has historically held a crucial symbolic role. However, its sacred meaning has been significantly diminished, often considered merely a decorative ornament. The background to this problem is the intergenerational gap in understanding triggered by cultural commodification and modernization. The focus of this research is to revitalize this symbolic meaning to bridge the existing value gap. This study uses a qualitative literature review method with a symbolic anthropology approach as its analytical framework. Key stages included data collection from books, journal articles, and relevant traditional documents (published between 2015 and 2024), which were then analyzed thematically and interpretively. Key findings identified five consistent dimensions of meaning: loyalty, moral integrity, spiritual protection, communal solidarity, and identity preservation. However, this study also confirmed the phenomenon of heritage disconnection among the younger generation. In conclusion, Lamiang Turus Pelek still has the potential to anchor Dayak Ngaju identity. Revitalizing its meaning can be achieved by strategically integrating it into character education, through local content curricula and digital cultural narratives, to ensure the tradition's relevance and continuity in the contemporary era. ABSTRAKLamiang Turus Pelek, manik batu merah dalam mas kawin adat Dayak Ngaju, secara historis memegang peran simbolik yang krusial. Namun, pemaknaan sakralnya kini mengalami reduksi signifikan, sering kali hanya dianggap sebagai ornamen dekoratif. Latar belakang masalah ini adalah adanya kesenjangan pemahaman antar-generasi yang dipicu oleh komodifikasi budaya dan modernisasi. Fokus penelitian ini adalah merevitalisasi makna simbolik tersebut untuk menjembatani kesenjangan nilai yang ada. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka kualitatif dengan pendekatan antropologi simbolik sebagai kerangka analisis. Tahapan pentingnya meliputi pengumpulan data dari buku, artikel jurnal, dan dokumen adat yang relevan (terbitan 2015–2024), yang kemudian dianalisis secara tematik-interpretatif. Temuan utama mengidentifikasi lima dimensi makna yang konsisten: kesetiaan, integritas moral, perlindungan spiritual, solidaritas komunal, dan pelestarian identitas. Namun, studi ini juga mengonfirmasi adanya fenomena heritage disconnection di kalangan generasi muda. Kesimpulannya, Lamiang Turus Pelek tetap berpotensi menjadi jangkar identitas Dayak Ngaju. Revitalisasi maknanya dapat dicapai dengan mengintegrasikannya secara strategis ke dalam pendidikan karakter, melalui kurikulum muatan lokal dan narasi budaya digital, untuk memastikan relevansi dan kesinambungan tradisi di era kontemporer.
EKOLINGUISTIK NILAI LOKAL DAN SPIRITUALITAS BAHASA DAYAK NGAJU: STRATEGI PELESTARIAN BUDAYA DI KALIMANTAN TENGAH Ruliyani, Ruliyani; Windu Asrini, Hari
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i4.7632

Abstract

This study aims to examine the role of the Dayak Ngaju language in preserving ecological and spiritual values through key concepts such as handep (cooperation), hinting pali (traditional prohibitions), and sangiang (sacred spirits). This study uses an ecolinguistic approach to explore the relationship between language, ecology, and spirituality in the Dayak Ngaju culture. The method employed is literature review, collecting and analyzing 25 sources (including scholarly articles, books, and cultural documents). The literature selection process was carried out using the Google Scholar and JSTOR databases, with keywords "ecolinguistics," "Dayak Ngaju," "ecological values," "spiritual rituals," and "language revitalization." The inclusion criteria covered articles published between 2013 and 2023 and those relevant to the themes of ecology and spirituality. From the analysis, more than 12 ecological and spiritual terms were identified within the Dayak Ngaju cultural lexicon. This study also discusses 5 examples of ritual formulas that illustrate the role of language as a medium for imparting values of environmental preservation and harmonious relationships between humans and ancestral spirits. The findings indicate that the Dayak Ngaju language serves as a tool for cultural and environmental conservation, with the unique contribution of the 3L model (Lexicon–Liturgy–Local norms) to understand the integration of ecology, spirituality, and cultural norms within indigenous communities. This research provides a new perspective in ecolinguistic studies and contributes to the development of community-based language revitalization strategies aimed at environmental conservation. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran bahasa Dayak Ngaju dalam melestarikan nilai ekologis dan spiritual melalui konsep-konsep kunci seperti handep (kerja sama), hinting pali (pantangan adat), dan sangiang (roh suci). Dalam kajian ini, pendekatan ekolinguistik digunakan untuk meneliti hubungan antara bahasa, ekologi, dan spiritualitas dalam budaya Dayak Ngaju. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan mengumpulkan dan menganalisis 25 sumber (termasuk artikel ilmiah, buku, dan dokumen adat). Proses seleksi literatur dilakukan dengan menggunakan database Google Scholar dan JSTOR, dengan kata kunci “ekolinguistik,” “Dayak Ngaju,” “nilai ekologis,” “ritual spiritual,” serta “revitalisasi bahasa daerah.” Kriteria inklusi mencakup artikel yang diterbitkan dalam rentang waktu 2013–2023 dan relevansi dengan tema ekologi serta spiritualitas. Dari hasil analisis, ditemukan lebih dari 12 istilah ekologis dan spiritual yang diidentifikasi dalam kosa kata adat Dayak Ngaju. Penelitian ini juga membahas 5 contoh formula ritual yang menunjukkan peran bahasa sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai pelestarian alam dan hubungan harmonis antara manusia dengan roh leluhur. Temuan ini menunjukkan bahwa bahasa Dayak Ngaju berfungsi sebagai alat konservasi budaya dan lingkungan, dengan kontribusi unik berupa model 3L (Lexicon–Liturgy–Local norms) untuk memahami integrasi antara ekologi, spiritualitas, dan norma budaya dalam masyarakat adat. Penelitian ini menawarkan perspektif baru dalam kajian ekolinguistik dan memberikan sumbangan terhadap pengembangan strategi revitalisasi bahasa daerah yang berbasis pada nilai-nilai lokal dalam rangka pelestarian lingkungan.