Penelitian deskriptif kualitatif ini, menggunakan metode penelitian semiotika Charles Sanders Peirce, bertujuan untuk mengungkap dan menganalisis simbol-simbol serta maknanya dalam upacara pernikahan masyarakat Angkola Batak. Studi ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan dan di desa Huraba, Kecamatan Marancar, Tapanuli Selatan. Sumber data meliputi foto, buku, majalah, video, dan simbol-simbol pernikahan Angkola Batak, dengan wawancara dan buku "Adat Budaya Adat Angkola" sebagai sumber utama. Isu utama dari penelitian ini berkisar pada pertanyaan tentang simbol-simbol apa yang hadir dalam pernikahan Angkola Batak dan makna yang terkandung di dalamnya. Tujuan penelitian melibatkan deskripsi rinci tentang simbol-simbol ini dan analisis maknanya dalam konteks pernikahan tradisional Angkola Batak.Temuan penelitian ini mengungkap beberapa simbol yang digunakan dalam pernikahan Batak Toba, yang meliputi: (1) ulos, (2) Telur Rebus, (3) garam/sira, (4) Ikan mas, (5) kepala kambing/kerbau, (6) Ayam, (7) Aek nalan/Air Putih, (8) Sontang/Daun gambir, (9) Timbako/Tembakau, (10) Pining/pinang (11) Soda, (12) Amak Lappisan/Tikar, (13) Anduri/Tampi (14) Burangir/Daun sirih (15) Buung Ujung/Daun Pisang (16) Bulang (17) Ampu (18) Haronduk (19) Iandahah Tukkus. Simbol-simbol ini memainkan peran penting dalam kaya budaya pernikahan Angkola Batak. Mahasiswa aktif berpartisipasi dalam studi ini, tidak hanya mendapatkan wawasan budaya tetapi juga memperluas cakrawala akademis dan sosial mereka. Pentingnya mempelajari budaya Batak-Angkola meluas di luar pemerolehan pengetahuan baru; hal ini secara positif memengaruhi perkembangan pribadi mahasiswa dan berkontribusi pada pelestarian keragaman budaya dalam masyarakat.