Migrasi tenaga kerja Indonesia ke Malaysia berdampak langsung pada anak-anak pekerja migran yang menghadapi tantangan serius dalam pendidikan, mulai dari hambatan bahasa, keterbatasan legalitas, hingga risiko melemahnya identitas budaya. Artikel ini bertujuan menganalisis peran pendampingan literasi multilingual dalam memperkuat identitas sekaligus memperluas akses belajar anak-anak migran Indonesia di Malaysia. Metode penelitiannya dengan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus digunakan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang melibatkan anak-anak migran, guru komunitas, orang tua, serta relawan. Data dianalisis secara tematik dengan menjaga keabsahan melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi multilingual melalui praktik translanguaging memudahkan anak memahami materi pelajaran, mengurangi hambatan linguistik, serta menumbuhkan rasa percaya diri menggunakan bahasa Indonesia, Melayu, maupun Inggris. Pendampingan juga memperkuat identitas kebangsaan anak migran sekaligus mendorong keterlibatan orang tua dan komunitas dalam mendukung proses belajar. Temuan ini menegaskan bahwa literasi multilingual bukan hanya strategi pedagogis, tetapi juga sarana sosial-kultural yang menjembatani kebutuhan identitas dan akses pendidikan. Oleh karena itu, model pendampingan literasi multilingual perlu diperluas dan diintegrasikan dalam kebijakan pendidikan komunitas agar hak anak-anak migran Indonesia untuk memperoleh pendidikan berkualitas dapat terjamin secara berkelanjutan.