International trade between Indonesia and China already has a cooperative relationship by following the ACFTA agreement or the ASEAN-China Free Trade Agreement. The implementation of the ACFTA should increase the value of exports, but in reality, commodities originating from China are easier to enter the domestic market. This has led to a decline in the condition of Indonesia's trade balance with China over the past 15 years. The purpose of this study is to determine the influence and magnitude of the influence of economic growth, inflation, and the exchange rate on the trade balance between Indonesia and China in the short and long term for the 2000-2021 period. The data used in this study is quantitative data obtained through secondary data in the form of a time series from 2000-2021. Data processing uses the Error Correction Model (ECM) with the Eviews 10 analysis tool. The results of the analysis show that the ECT is significantly negative and less than 1. This means that the model shows the level of short-term adjustment in correcting the long-term balance. According to estimates of economic growth and exchange rates in the short term have a negative effect on Indonesia's trade balance with China. Meanwhile, in the long run, the variable economic growth has a positive effect on the trade balance between Indonesia and China, while the exchange rate variable has no effect. The inflation variable has no effect either in the short term or the long term. Perdagangan Internasional antara Indonesia dengan China telah memiliki hubungan kerjasama dengan mengikuti perjanjian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement). Diterapkannya ACFTA seharusnya meningkatkan nilai ekspor, tetapi kenyataannya komoditas yang berasal dari China lebih mudah masuk ke pasar domestik. Hal ini menyebabkan menurunnya kondisi neraca perdagangan Indonesia dengan China selama 15 tahun terakhir. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan China dalam jangka pendek dan jangka panjang periode 2000-2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh melalui data sekunder berupa runtut waktu dari tahun 2000-2021. Pengolahan data menggunakan Error Correction Model (ECM) dengan alat analisis Eviews 10. Hasil analisa menunjukkan bahwa ECT signifikan negatif dan kurang dari 1. Artinya model menunjukan tingkat penyesuaian jangka pendek dalam mengkoreksi keseimbangan jangka panjang. Menurut estimasi pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan China. Sementara dalam jangka panjang variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan Indonesia dan China, sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh. Variabel inflasi tidak berpengaruh baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.