This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Febrianti, Sindy Amalia
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Prevalensi dan Faktor Risiko Catheter Associated Urinary Tract Infection di Unit Perawatan Intensif Anak Febrianti, Sindy Amalia; Alam, Anggraini; Rachmadi, Dedi
Sari Pediatri Vol 25, No 4 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.4.2023.249-56

Abstract

Latar belakang. Sekitar 80% Infeksi Saluran Kemih yang didapat di rumah sakit yang berhubungan dengan penggunaan kateter urin atau catheter-associated urinary tract infection. Beberapa faktor risiko dianggap memengaruhi kejadian CAUTI. Hingga saat ini, prevalensi CAUTI pasien anak di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin belum tercatat dan pola kuman penyebab CAUTI serta sensitivitas antibiotik dapat bervariasi antar rumah sakit.Tujuan. Mengetahui prevalensi catheter-associated urinary tract infection di Unit Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin dan menganalisis faktor risiko yang menyebabkannya.Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan metode kasus-kontrol menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien yang terpasang kateter urin, dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin tahun 2017-2019, baik terdiagnosis CAUTI maupun tidak terdiagnosis CAUTI.Hasil. Sebanyak 138 subjek memenuhi kriteria inklusi penelitian, kemudian dikelompokkan masing-masing 69 pasien kriteria kasus dan kontrol. Sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki. Usia terbanyak adalah 11-18 tahun (33,3%) pada kelompok kasus dengan status gizi normal (50,7%). Dari enam faktor risiko yang diteliti hanya satu yang menunjukkan perbedaan bermakna yaitu diagnosis awal saat dirawat (sepsis). Kesimpulan. Prevalensi CAUTI cukup tinggi. terutama terkait dengan diagnosis awal sepsis. Penelitian lanjutan perlu dilakukan dan pemeriksaan rutin kultur urin dianjurkan untuk diagnosis dan terapi yang efektif.